BAGAIMANA TADARUS AL QUR’AN KITA DI RAMADHAN TAHUN INI?

BAGAIMANA TADARUS AL QUR’AN KITA DI RAMADHAN TAHUN INI?
BAGAIMANA TADARUS AL QUR’AN KITA DI RAMADHAN TAHUN INI?
Saudaraku..
Ramadhan dan al Qur’an merupakan dua kata yang telah menyatu satu sama lain. Keduanya tidak bisa dipisah-pisahkan. Jika disebut Ramadhan, maka al Qur’an turut pula menyertainya.
Itu maknanya, tiada keistimewaan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan lainnya bagi orang yang berjauhan, membatasi diri dan tidak mengharmoniskan hubungan
nya dengan kalam Allah swt tersebut. Bagaimana Nabi saw berinteraksi dengan al Qur’an di bulan Ramadhan? Mari kita simak penuturan Ibnu Abbas ra:
“Nabi (Muhammad saw) adalah orang yang paling dermawan di antara manusia. Kedermawanannya meningkat saat malaikat Jibril menemuinya setiap malam hingga berakhirnya bulan Ramadhan, lalu Nabi membacakan al Quran di hadapan Jibril. Pada saat itu kedermawanan Nabi melebihi angin yang berhembus.” H.R; Bukhari & Muslim.

Hadits di atas membimbing kita agar senantiasa bertadarus al Qur’an. Dan arti tadarus al Qur’an bukan seperti yang dipahami oleh sebagian kaum muslimin di negeri kita. Membaca dengan cepat dan tergesa-gesa tanpa menghiraukan kebenara makhraj, panjang-pendek, dan hukum tajwidnya.

Riwayat di atas juga menganjurkan kita untuk membiasakan diri berkumpul dalam majelis al Qur’an di bulan Ramadhan. Membaca dan belajar al Qur’an serta memperbanyak membaca al Quran di malam hari. Terlebih di malam-malam Ramadhan.

Saudaraku..

Jika kita membuka lembaran-lembaran sirah para salafus shalih, kita dapati hidup mereka teramat dekat dengan al Qur’an. Apatah lagi di bulan Ramadhan.

Imam Az Zuhri, jika memasuki bulan Ramadhan, maka ia meninggalkan majlis haditsnya seraya berkata, “Ramadhan adalah bulan tilawah al Qur’an, dan memberi buka puasa bagi fakir dan miskin.”
Ibnu Abdil Hakam menuturkan, ‘Jika Ramadhan tiba, maka Imam Malik memfokuskan diri membaca al Qur’an dan ia fakumkan sementara majlis ilmu yang ia bina serta ia tinggalkan membaca hadits.’
Sufyan Atsauri, jika Ramadhan datang menjelang, maka ia tinggalkan segala bentuk ibadah (sunnah) dan konsentrasi tilawah al Qur’an.

Sedangkan Qatadah, biasa mengkhatamkan al Qur’an setiap tujuh hari sekali. Di bulan Ramadhan ia mengkhatamkannya setiap tiga hari. Dan di sepuluh hari terakhir Ramadhan, ia khatamkan al Qur’an setiap hari.
(10 waqafat lin nisa’ fi Ramadhan, Darul Wathan).

Saudaraku..
Hikmah dari tadarus al Qur’an di malam hari, adalah karena di waktu malam suasana hati cukup segar dan fresh, tidak terganggu oleh pekerjaan rutin sehari-hari. Walaupun kita yang di Riyadh dan sekitarnya, justru waktu kerja bergeser ke malam hari. Seperti; super market, pusat perbelanjaan, kantor dakwah dan lain-lain. Di malam hari, hati seseorang juga lebih mudah meresapi dan merenungi amalan dan ibadah yang dilakukannya. Bacaan al Qur’an mampu menembus hati dan membekas di jiwa.

Saudaraku..
Sungguh pelangi kehidupan menaungi hari-hari dan hati-hati kita, jika kita mampu bertadarus al Qur’an bersama keluarga; istri dan anak-anak kita. Bukan hanya lipatan pahala yang akan kita raih. Tetapi ia bisa menjadi perekat jalinan cinta dalam keluarga kita. Wallahu a’lam bishawab.
Riyadh, 31 Juli 2012 M
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)
    

Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak