Louis Pasteur Sang Pelopor Mikrobiologi.Orang Yunani kuno percaya bahwa makhluk-makhluk hidup kecil seperti tikus, cacing, dan belatung berasal dari benda mati. Keyakinan bahwa makhluk hidup berasal dari benda yang tidak hidup, disebut pemunculan spontan (generatio spontanea). Gagasan bahwa belatung muncul sebagai makhluk hidup secara spontan dari daging yang membusuk, disanggah oleh ahli biologi berkebangsaan Itali, Francesco Redi tahun 1668.
Sekalipun gagasan tentang kemunculan belatung, tikus dan
cacing secara spontan telah lama tidak diakui, tapi para ilmuwan tetap
berpegang pada pemunculan spontan untuk makhluk mikroskopis.
Untuk menolak gagasan ini, Pasteur mendidihkan kaldu sampai semua
mikrobanya mati. Dengan alat khusus berupa pipa berbentuk huruf S, dia
membiarkan udara masuk dan bersirkulasi di atas kaldu, tapi mencegah
mikroba di udara masuk ke dalamnya. Sebagaimana diharapkan oleh Pasteur,
mikroba tidak bisa tumbuh di dalam kaldu.
Temuan Pasteur menunjukkan bahwa mikroba tidak muncul
spontan dari kaldu. Mikroba ditemukan dalam kaldu karena masuk bersama
udara. Pasteur menunjukkan dengan jelas bahwa, bahkan bagi mikroba pun,
kehidupan berasal dari kehidupan sebelumnya (omne vivum ex vivo).
Karya Pasteur seharusnya pukulan maut bagi gagasan
pemunculan spontan. Namun, pemunculan spontan adalah bagian penting dari
teori evolusi.
Meskipun para ilmuwan evolusionis berusaha keras meyakinkan orang lain,
namun tidak pernah ada orang yang melihat kasus pemunculan spontan.
Karena temuan Pasteur bertentangan dengan gagasan pemunculan spontan,
demikian pula hasil-hasil penelitian ilmiah lain dalam mikrobiologi,
sebagai konsekuensinya Pasteur menjadi salah seorang penentang kuat
teori Darwin.
MASA MUDA PASTEUR
Louis Pasteur lahir tanggal 27 Desember
1822, di Dole, Prancis timur, sekitar 400 kilometer Tenggara Paris.
Beberapa tahun kemudian, keluarga Pasteur pindah ke Arbois. Louis masuk
sekolah di Arbois, tapi rapornya jelek, kecuali untuk mata pelajaran
seni. Guru-gurunya mengira dia akan berhenti bersekolah dan akan bekerja
di penyamakan kulit milik ayahnya. Namun, Louis sangat berhasrat
menambah pengetahuannya. Seorang gurunya melihat potensi ketekunan dan
ketelitiannya bekerja.
Pada usia 15 tahun, Louis pergi ke Paris untuk
menyelesaikan sekolah menengah. Namun, karena dia selalu merindukan
rumah, akhirnya dia pulang ke Arbois. Dia mencoba sekolah lagi, kali ini
di Besancon, hanya 40 kilometer dari rumah. Di sinilah dia berhasil dan
melanjutkan pendidikannya hingga memperoleh gelar BSc dari Royal
College, Besancon, tahun 1842.
Louis memutuskan untuk masuk ke Ecole Normale di Paris,
sekolah pendidikan guru untuk sekolah tinggi dan Universitas Prancis.
Dia lulus ujian masuk tahun 1842, tapi dia tahu bahwa sebenarnya dia
bisa mencapai nilai yang lebih tinggi lagi. Karena itu, dia belajar satu
tahun lagi untuk meningkatkan pengetahuannya sebelum masuk Ecole
Normale. Louis belajar ilmu kimia di Ecole Normale, dan meraih gelar MSc
tabun 1845.
Pasteur melanjutkan pendidikannya ke tingkat doktoral di
lembaga yang sama. Dia sengaja memilih masalah yang sukar sebagai bahan
penelitiannya. Dia ingin menyelidiki kerumitan struktur kristal tartrat
dan paratartrat serta menjelaskan perbedaan keduanya. Masalah ini
membingungkan para ilmuwan besar masa itu.
Pasteur terpukau oleh kerumitan struktur kristal-kristal kecil dan “menganggap keduanya sebagai bukti langsung ungkapan artistik dari Allah Sang Pencipta.”
Dengan cermat dia mengamati kristal-kristal itu melalui mikroskop.
Keseriusan dan kecermatannya mengamati hingga sedetail mungkin,
membantunya menemukan apa yang terlewatkan oleh orang lain. Pembawaannya
yang lambat dan hati-hati, yang pada masa kanak-kanaknya yang dianggap
sebagai pertanda ketidakmampuannya, ternyata justru merupakan salah satu
asetnya yang paling besar. Dia tidak hanya mencapai gelar tinggi, tapi
bahkan menjadi terkenal di antara para pakar peneliti.
Pasteur menjadi profesor ilmu kimia di Universitas
Strasbourg, dan selama lima tahun mengajar dan meneliti di sana. Dia
menikah dan hidup bahagia dengan keluarganya.
CABANG ILMU PENGETAHUAN BARU: MIKROBIOLOGI
Pada usia 32 tahun, Pasteur menerima tantangan yang
mengubah arah penelitian dan kariernya sebagai guru. Dia diminta pergi
ke Lille untuk mendirikan fakultas ilmu terapan yang akan melatih para
ilmuwan menerapkan pengetahuan teori mereka dalam memecahkan
masalah-masalah praktis di bidang industri dan perdagangan. Sementara
kaum ilmuwan sebagian besar berorientasi ke penelitian teoretis, Pasteur
mendambakan ilmu yang dicintainya dapat diterapkan, agar bisa
bermanfaat bagi orang banyak. Dengan sangat gembira dia menyambut
kesempatan ini.
Selama dua tahun Pasteur memantapkan fakultas ilmu
terapan yang baru itu. Dia memusatkan penelitiannya pada fermentasi,
yaitu proses untuk menghasilkan alkohol dari gula, yang juga menyebabkan
susu menjadi asam. Waktu itu, kebanyakan ahli kimia menduga bahwa
pengasaman itu terjadi karena reaksi bahan-bahan kimia yang terkandung
di dalamnya, tapi mereka tidak dapat menjelaskan mengapa proses itu
kadang memberikan hasil yang tidak diharapkan. Pasteur membuktikan bahwa
fermentasi terjadi hanya bila ada makhluk hidup kecil yang disebut
mikroba. Bila ada mikroba yang cocok, akan diperoleh hasil yang
diharapkan. Tapi mikroba yang tidak cocok akan membuat susu menjadi asam
atau anggur menjadi pahit. Temuan Pasteur ini membantu terbentuknya
cabang ilmu baru: mikrobiologi.
Tahun 1857, Pasteur kembali ke Ecole Normale. Kali ini
dia bukan mahasiswa, melainkan Direktur Kajian Ilmiah. Di sini dia
melanjutkan penelitiannya mengenai mikroba.
PASTEURISASI
Sekarang Pasteur mempunyai pengertian teoritis yang baik
tentang mikroba. Dia mencoba menerapkan temuannya pada masalah praktis
untuk mencegah kerusakan anggur. Banyak keluarga di tempat tinggalnya
yang mata pencahariannya tergantung pada industri anggur. Ekonomi
Prancis juga sangat bergantung pada ekspor anggur. Oleh sebab itu,
kerusakan anggur merupakan masalah penting.
Karena aroma anggur akan berubah jika dididihkan, maka
untuk membunuh sebagian besar mikroba tanpa mengubah aromanya, anggur
dipanaskan secukupnya. Pendinginan membuat sisa mikroba tidak bisa
berkembang biak. Pasteur sangat gembira karena ternyata proses ini,
selain mencegah susu menjadi asam, juga bisa mengawetkan banyak jenis
makanan lain. Inilah langkah sterilisasi yang disebut pasteurisasi.
Seandainya Pasteur meminta hak paten untuk temuannya,
dia pasti sudah kaya. Namun, dia membiarkan temuannya dimanfaatkan siapa
saja. Inilah satu-satunya penghargaan yang dia terima.
MEMBANTU INDUSTRI SUTRA
Pasteur kemudian diundang untuk membantu kelompok petani
Prancis lain ketika industri sutra menghadapi krisis karena telur-telur
ulat sutra terjangkit penyakit. Dia menunjukkan kepada para petani cara
penggunaan mikroskop untuk mendeteksi telur-telur yang sakit.
Telur-telur ini kemudian dimusnahkan sehingga tidak ada lagi penyakit di
dalam pesemaian ulat sutra. Para petani sangat berterima kasih kepada
Pasteur karena mata pencaharian mereka terselamatkan.
Sambil menyelesaikan masalah praktis ini, Pasteur terus
berpikir untuk meletakkan dasar bagi teorinya yang berikut, yaitu
gagasan bahwa banyak penyakit hewan dan manusia disebabkan kuman atau
mikroba yang berbahaya yang masuk dan berkembang biak di dalam tubuh.
TEORI KUMAN
Teori kuman Pasteur disambut hangat oleh ahli bedah Inggris ternama, Joseph Lister.
Lister mulai memakai metode bedah antiseptik tahun 1865. Dia
menggunakan asam karbol untuk mencuci tangan, peralatan, dan pembalut
yang dipakai dalam pembedahan. Dia juga menyemprot udara dalam ruangan
dengan asam karbol untuk membunuh kuman-kuman di udara. Asam ini cukup
kuat untuk membunuh kuman, tapi tidak merusak badan. Sebelum prosedur
ini dipakai, kuman berkembang biak di dalam luka, dan menyebabkan banyak
pasien bedah meninggal.
Dalam surat kepada Pasteur pada Februari 1874, Lister
menyampaikan, “terima kasih karena hasil penelitian Anda yang cemerlang
telah membuktikan kebenaran teori kuman. Anda telah melengkapi saya
dengan asas yang bisa menjadi dasar penerapan sistem antiseptik. Ilmu
bedah sangat berhutang kepada Anda.”
IMUNISASI
Selain mengilhami karya Lister, Pasteur juga memperluas karya seorang ilmuwan lain. Ahli fisika Inggris, Edward Jenner,
menemukan bahwa orang yang terkena penyakit “cacar sapi” yang tidak
berbahaya, ternyata kebal terhadap “cacar” yang mematikan. Kemudian dia
mencoba memasukkan cacar yang ringan ke dalam tubuh manusia untuk
melindunginya dari cacar yang mematikan itu. Proses ini disebutnya vaksinasi.
Percobaan ini dilakukan Jenner dengan memanfaatkan vaksin yang terjadi
secara alami. Dengan pengetahuannya tentang mikroba, Pasteur berupaya
mengembangkan karya Jenner untuk menghasilkan vaksin buatan dengan cara
melemahkan kuman penyakit yang mematikan itu.
Masalah ini sangat rumit, dan menuntut kesabaran,
ketekunan serta kecermatan yang luar biasa. Ternyata Pasteur berhasil
membuat vaksin untuk kolera ayam dan penyakit anthrax pada domba serta
ternak. Namun, temuan ini harus lebih dulu didemonstrasikan di depan
umum secara besar-besaran, sebelum kalangan dokter hewan yang skeptis
mau menerimanya.
KEMENANGAN ATAS RABIES
Tanpa menghiraukan penentangnya, Pasteur terus melangkah
ke bidang berikutnya. Mungkin ini langkah yang terbesar, yaitu
penyakit-penyakit mikrobial pada manusia. Tahun 1882, dia mulai
mempelajari rabies. Penyakit yang mematikan ini ditularkan melalui
gigitan hewan yang terinfeksi, biasanya anjing atau serigala.
Pasteur memulai eksperimennya dengan menggunakan hewan.
Dia mengikuti prosedur yang sama seperti sebelumnya, tapi dengan waktu
yang lebih lama (beberapa minggu), yaitu jangka waktu antara tergigitnya
hewan dan sampainya kuman di otak hewan tersebut. Meskipun membutuhkan
waktu lebih lama, namun dari penelitian itulah diketahui perlunya
penanganan yang berbeda untuk penyakit rabies. Sebelumnya, vaksinasi
harus diberikan sebelum terkena penyakit. Namun, lamanya kuman mencapai
otak memungkinkan vaksin rabies diberikan setelah terjadinya gigitan.
Jadi, hanya mereka yang telah digigit oleh hewan gila saja yang perlu
mendapat vaksinasi rabies.
Tahun 1885, seorang anak kecil yang digigit anjing gila
dibawa kepada Pasteur. Meskipun belum yakin apakah akan berhasil pada
manusia, Pasteur tahu bahwa anak itu akan mati jika tidak diberi vaksin
rabies. Setelah beberapa puluh hari diobati, ternyata anak itu sembuh.
Ini bukti yang jelas bahwa vaksin rabies berhasil.
DIBERI KEHORMATAN TERTINGGI
Meskipun pemerintah Prancis memberikan kepada Pasteur penghormatan tertinggi – Legion of Honour
– namun saat itu sebagian besar kalangan kedokteran tetap menentang
gagasannya. Beberapa dokter tua tak dapat menerima kemajuan pemikiran
Pasteur mengenai kuman dan vaksinasi. Yang lain merasa dilecehkan karena
penelitian kedokteran dilakukan oleh orang dari bidang ilmu kimia,
bukan kedokteran. Ilmuwan terkemuka masa kini, yang juga mengakui teori
penciptaan, Dr. Henry Morris, menulis bahwa penentangan itu muncul karena “Pasteur menentang generatio spontanea dan Darwinisme.”
Bagaimanapun juga Pasteur telah diakui oleh seluruh umat
manusia sebagai “tokoh pemberi sumbangan terbesar dalam upaya
menyelamatkan jiwa manusia.Sumber
Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak