Penulis Jerry Gray Mualaf yang Cinta Indonesia
sejumlah buku laris, ternyata seorangmualaf yang sangat mencintai
Indonesia dengan mengurus naturalisasinya dari warga AS ke WNI, menikah
dengan orang Indonesia dan menetap di Jakarta.
Sejak kecil sampai sebelum pergi ke Arab, saya tidak pernah bertemu Muslim, mendengar suara adzan atau pun melihat masjid. Meskipun demikian saya berkeyakinan bahwa Yesus bukan anak Tuhan. Pada usia 12 tahun saya sudah berpikir tentang Tuhan. Umur 14, sudah mulai malas ke gereja.
Sejak kecil sampai sebelum pergi ke Arab, saya tidak pernah bertemu Muslim, mendengar suara adzan atau pun melihat masjid. Meskipun demikian saya berkeyakinan bahwa Yesus bukan anak Tuhan. Pada usia 12 tahun saya sudah berpikir tentang Tuhan. Umur 14, sudah mulai malas ke gereja.
Saya
malas pergi ke sana karena tempat itu tidak dapat menghilangkan dahaga
saya tentang Tuhan. Saya bosan setiap kali datang selalu disuguhi dengan
banyak ucapan haleluya. Padahal yang saya butuhkan adalah pencerahan
siapa itu Tuhan dan kejelasan misi hidup saya di dunia ini untuk apa.
Saya
percaya adanya Tuhan dan mau masuk surganya Tuhan. Tapi dari agama ini
saya mencium something wrong karena saya harus meyakini Yesus sebagai
anak Tuhan. Untung saja nenek di rumah sering banyak cerita tentang
Tuhan, sehingga saya lebih suka mendengarkan nenek. Selama saya belajar
agama kepadanya, ia tidak pernah bilang bahwa Yesus adalah anak Tuhan.
Namun sebaliknya, di gereja saya selalu disalahkan, karena tidak mau
mengakui Yesus sebagai anak Tuhan.
Kalau Yesus menjadi anak
Tuhan, mengapa Musa, Ibrahim dan Adam tidak menjadi anak Tuhan? Padahal,
kalau mau, justru Adamlah yang paling berhak menjadi anak Tuhan karena
dia tidak punya ibu dan bapak. Keyakinan saya bertambah setelah membaca
kisah Musa yang memaksa ingin melihat Tuhan.
Musa akhirnya
dibolehkan melihat sedikit cahaya Tuhan dari gunung granit yang sangat
gelap. Baru saja merefleksikan sedikit cahaya Tuhan, langsung gunung itu
goyang-goyang dan sangat menyilaukan, Musa pun pingsan. Berdasarkan
kisah itu, kalau benar Yesus anak Tuhan, pasti orang yang melihat Yesus
bakal mati atau pingsan. Ini kan tidak, berarti Yesus bukanlah anak
Tuhan!
Hampir Nangis
Saya selalu berdoa agar saya diberi
petunjuk yang benar tentang Tuhan. Usai mengikuti wajib militer di
angkatan udara, saya ditawari menjadi maintenance pesawat pribadi Raja
Fadh di Jeddah, Arab Saudi. Saya tolak karena saya takut dibunuh orang
Islam. Lebih baik saya menganggur.
Saya tinggal di dalam mobil di
ujung satu dermaga di Hawaii. Setiap hari mancing. Bila dapat ikan,
saya makan, bila tidak saya kelaparan. Paling hanya minum dari kran air
putih yang ada di situ.
Enam bulan begitu terus. Pernah tiga hari
berturut-turut saya tidak makan sama sekali, hanya minum saja karena
tidak dapat ikan. Tapi saya tidak mau bunuh diri. Saya menangis,
memohon, agar Tuhan memberikan jalan keluar.
Namun tawaran
tersebut datang lagi. Saya mengira Tuhan telah marah kepada saya. Karena
saya tidak mendapatkan pekerjaan lain, malah disuruh ke Arab. Akhirnya
teman memberikan saran kepada saya untuk menerima tawaran itu. Saya pun
berangkat ke sana.
Di Jeddah saya melihat kejadian-kejadian yang
sangat luar biasa, yang sangat berbeda dengan bayangan saya sebelumnya.
Ternyata orang Islam begitu taat kepada Tuhannya dan baik kepada saya.
Ketika mendengar adzan mereka langsung meninggalkan aktivitasnya untuk
segera shalat.
Begitu juga ketika saya ke toko emas. Saya dengar
adzan. Pintu toko emas terbuka. Padahal di toko tersebut tidak ada
orang. Siapa pun yang berniat mencuri emas, akan sangat mudah
mengambilnya. Tapi kok ini dibiarkan? Saya berdiri saja di depan toko
itu menunggu penjual emas muncul.
Setelah adzan, jalanan mendadak
sepi dari lalu lalang manusia. Penjaga keamanan tidak ada. Paling
sekali-kali saya melihat polisi menegur beberapa orang yang sedang lewat
untuk segera shalat.
Tak lama kemudian, pemilik toko itu datang
dan berkata “Mengapa tidak masuk?” Saya jawab, “Tidak mau”. “Kenapa
tidak mau?” tanyanya. “Saya takut disangka maling, nanti tangan saya
dipotong,” jawab saya karena setahu saya orang yang mencuri tangannya
akan dipotong. Biasanya orang bule yang datang ke Jeddah diundang untuk
menyaksikan pemotongan tangan bagi pencuri setiap Jum'at siang.
“Masuk
saja, karena semua ini adalah Allah yang punya, bukan punya saya,” kata
pemilik toko itu. “Apa pun, kamu perlu, ambil! Mungkin kamu lebih
membutuhkan itu daripada saya?” lanjutnya. Ia mengatakan bahwa semua itu
milik Allah dan akan kembali kepada Allah.
Saya terharu dan mau
menangis mendengar ucapan yang tulus itu. Saya sangat ingin punya iman
seperti itu. Dengar adzan dia shalat. Orang mau mengambil atau tidak
mengambil hartanya, dia tidak ada masalah. Yang penting ketika Allah
menyuruh shalat dia berangkat shalat dan semua hartanya itu dia
pasrahkan kepada Allah.
Masuk Akal
Peristiwa itu membuat saya jadi
tertarik untuk mengetahui agama Islam lebih lanjut. Saya jadi banyak
diskusi tentang Islam. Termasuk dengan Ahmad, salah seorang anggota
Angkatan Udara Arab Saudi. Saya diberinya Alquran dengan terjemah bahasa
Inggris.
Ia tunjukkan ayat yang menyatakan Isa anak Maryam adalah
hamba dan utusan Allah, bukan anak Allah. Ahmad menyebut Isa itu adalah
nama lain dari Yesus, sedangkan Maryam sebutan lain dari Bunda Maria.
Kurang
lebih tiga ayat saya baca. Saya tidak kuat lagi meneruskan membacanya,
karena saya mau menangis. Saya tidak mau menangis di depan orang. Saya
sangat yakin, inilah jawaban dari Tuhan. Rupanya saya disuruh ke Jeddah
itu bukan karena Tuhan marah, tapi karena Tuhan mengabulkan doa saya.
Kemudian
temannya Ahmad, yang bernama Rosyid datang ke rumah. Dia memberi tahu
bahwa di salah satu masjid di Jeddah malam itu dimulai lagi sekolah
Islam yang menggunakan bahasa Inggris.
“Kalau kamu ingin tahu
lebih banyak tentang Islam datanglah ke masjid tersebut, nanti saya
antar,” kata Rosyid. Di sekolah itu terjadilah diskusi. Hati saya
berdecak kagum. Luar biasa, pintar sekali guru ini. Semua yang dia
katakan masuk akal. Argumennya begitu spiritually and lightening.
Dia
mengatakan bahwa Tuhan itu satu bukan tiga, semua adalah ciptaan Tuhan
dan bergantung kepada Tuhan. Tuhan tidak beranak tidak pula punya
orangtua. Tidak ada yang dapat menyerupai Tuhan. Serta manusia hidup di
dunia ini untuk mengabdi kepada Tuhan saja. Belum satu jam pun diskusi,
sebenarnya hati saya sudah menerima Islam. Hanya saja saya belum mau
menyatakan pada guru.
dan kini setelah tinggal di indonesia ,
"Bagi saya Indonesia itu ibarat surga. Saya sudah ke banyak negara dan di sini saya mendapatkan kedamaian bergaul dan berinteraksi sosial dengan komunitas Muslim terbesar di dunia," ujar Jerry, di Bekasi, Minggu.
Beristrikan seorang perempuan Tasikmalaya dan dikaruniai seorang anak laki, Jerry menyatakan memiliki banyak kegiatan di Indonesia yang membuat dia makin betah yaitu memberikan pengajian, berbagi pengalaman dan menulis buku.
Tidak banyak orang yang menyangka Jerry D. Gray, warga AS yang pernah menjadi prajurit angkatan udara negara adidaya itu, ternyata seorang mualaf yang tekun beribadah.
Bagi penulis sejumlah buku di antaranya "Deadly Mist", "Demokrasi Barbar ala AS` dan "Dosa-dosa Media Amerika" itu, ketertarikan terhadap Islam dimulai justru dari tanah Arab tempat ajaran Islam itu sendiri pertama kali diturunkan kepada Rasul Allah SWT.
Sebagai AU yang ditugaskan di Arab Saudi, ia melihat betapa khusyuk dan ikhlasnya orang menjalankan shalat hingga mau meninggalkan segala aktivitas mereka termasuk berkaitan dengan uang sekalipun.
"Ketika mengalun suara adzan, dipinggir jalan orang pada shalat, karyawan toko dan mall semua shalat dan barang dibiarkan begitu saja namun tidak ada yang hilang. Semua melaksanakan shalat dengan khusuk," ujar Jerry, yang pernah selama 2,5 tahun menjadi wartawan di sebuah TV swasta di Indonesia itu.
Ia menjadi bingung sekaligus takjub. Setelahnya kesadaran untuk mengenal ajaran Islam langsung tak tertahankan. Ia melihat cahaya iman justru setelah melihat orang-orang melaksanakan Shalat.
Jerry mengaku ketika pertama kali memegang kitab suci Al Qur`an badannya langsung merinding, ketika akan membaca hatinya bergetar dan sejurus kemudian suara tangis mengiringinya membaca terpatah-patah ayat Al Qur`an.
Setelah hatinya merasa mantap ia kemudian memilih menjadi mualaf di Arab Saudi. Keislamannya belum serta merta jadi mantap. Ia pertama kali hanya melaksanakan shalat dua kali dalam seminggu.
"Ketika tertimpa musibah saya bawa shalat, ternyata saya dapatkan ketenangan dan musibah hilang. Setelah itu saya makin rajin shalat," ujar Jerry yang kini berisitrikan wanita asal Tasikmalaya Jabar itu.
Kini dalam kesehariannya, Jerry seringkali dimintai pandangan-pandangannya tentang Islam, demokrasi, dan terorisme. "Islam itu agama rahmatan lil alamin dan orang Islam bukanlah teroris," ujar ayah satu anak itu.
Bagi mantan wartawan CNBC itu, Indonesia sebagai negara dengan populasi Islam terbesar di dunia merupakan surga yang ada di dunia. Ia pun kini tengah mengurus naturalisasi dengan menjadi WNI sebagai ranah perjuangannya terhadap Islam. - ant/ahi/RioL
Biodata
Nama : Jerry Duane Gray
Lahir : 24 Sept 1960 di Wiesbaden, Jerman. Umur 3 tahun pindah ke Amerika
Pendidikan : Insinyur Penerbangan Universitas Hawaii, Amerika.
Mualaf : Masuk Islam dan naik haji (1984)
Istri : Ratna Komala (orang Garut)
Anak : Adam Kusuma Gray (8 tahun)
Pengalaman Kerja
1978-1982 : Angkatan Udara Amerika Serikat.
1982-1984 : Maintenance pesawat pribadi Raja Fadh di Jeddah, Arab Saudi.
1978-1984 : Mendapat 30 ijazah menyelam dan instruktur selam internasional.
1985-kini : Pindah ke Jakarta. Wartawan lepas, membuat foto/video pemandangan bawah laut, dan penulis buku.
sumber :swaramuslim dan mediaumat
Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak