Kontras: Hukum di Papua Harus Ditegakkan | Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar menilai, proses penegakkan hukum di Papua tidak berjalan baik. Hal itu menjadi salah satu penyebab berulangnya kasus penembakan oleh kelompok bersenjata di Papua.
"Kejahatan-kejahatan itu tidak pernah ada proses hukum yang transparan, dan bisa memberikan kontribusi terhadap penurunan angka kekerasan di Papua," ujar Haris di Jakarta, Jumat (22/2/2013).
Dalam catatan Kontras, sepanjang tahun 2012 hingga saat ini, telah terjadi 15 peristiwa kekerasan di wilayah Puncak Jaya. Salah satunya, peristiwa perampasan senjata oleh orang tak dikenal. Dari peristiwa tersebut, tercatat korban meninggal sebanyak sembilan anggota TNI, 2 anggota Polri, dan 10 warga Sipil. Sementara korban luka yakni satu anggota TNI dan sembilan warga sipil.
"Dalam hal ini kami mempertanyakan peran dan kinerja kepolisian dalam penegakan hukum di Papua, khususnya untuk kasus-kasus yang sensitif, seperti di area Puncak Jaya," lanjut Haris.
Selain itu, menurutnya pemerintah kurang peka terhadap kekerasan yang terjadi di Papua. Pemerintah harus memutus mata rantai penyebab kekerasan itu. Haris mengatakan, penegakkan hukum lebih tepat dibanding operasi militer. Pemerintah juga diminta mengontrol model operasi keamanan yang dilakukan TNI, Polri dan Intelijen.
"Kami justru meminta agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berani blusukan memimpin operasi penegakan hukum maupun langkah-langkah keadilan yang konkret di Papua," ujarnya.
Atas tewasnya 8 anggota TNI di Papua, Kontras meminta negara memberikan jaminan pemenuhan hak-hak korban, baik TNI, Polri, maupun warga sipil yang menjadi korban. Penembakan terjadi di dua wilayah berbeda di Papua, Kamis (21/2/2013). Satu anggota TNI dinyatakan tewas di Distrik Tingginambut atas nama Pratu Wahyu Bowo. Ia ditembak dekat Pos Satgas TNI, Distrik
Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya pada pukul 09.00 WIT. Kemudian, korban luka Danpos Satgas atas nama Lettu Inf. Reza yang tertembak pada lengan bagian kiri.
Sementara 7 lainnya tewas saat terjadi penghadangan serta penyerangan oleh kelompok bersenjata di Kampung Tanggulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Jaya, pukul 10.30. Saat itu 10 anggota Koranmil Sinak, Kodim 1714/Puncak Jaya sedang menuju Bandara Sinak untuk mengambil radio dari Nabire. Tujuh orang yang tewas yakni Sertu Udin, Sertu Frans, Sertu Romadhon, Pratu Mustofa, Sertu Edy, Praka Jojon, dan Praka Wempi.
Di Distrik Sinak, sebanyak empat warga sipil tewas atas nama Yohanis, Uli, Markus dan seorang lagi belum diketahui identitasnya. Sementara warga sipil yang terluka yakni Joni, Ronda, Rangka dan Santin.
Editor :
Hindra - kompas.com
Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak