Meteor Jatuh di Rusia Peringatan bagi Indonesia - “Peristiwa ledakan meteor di Rusia merupakan sebuah peringatan bagi kita," kata ahli astronomi ITB, Hakim L. Malasan.
Peristiwa ledakan meteor di Chelyabinsk, Rusia pada hari Jumat (15/02/2013) kemarin terjadi diluar dugaan, menyebabkan sekitar 1.200 orang terluka. Hakim berharap kejadian tersebut dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kemungkinan terjadinya hal serupa di Indonesia.
“Semoga kedepannya kesadaran masyarakat akan meningkat, bukan hanya sesaat (setelah peristiwa itu terjadi),” ucap Hakim ketika dihubungi Kompas.com Minggu hari ini (17/02/2013).
Hakim menambahkan, Indonesia dengan wilayah yang sangat luas dan adanya ancaman hantaman asteroid yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Maka, perlu dibangun konsep perlindungan angkasa (spaceguard) yang serius.
“Pemerintah, melalui LAPAN, harus mulai serius membangun konsep spaceguard. Selama ini perlindungan wilayah difokuskan pada matra (dimensi) daratan dan bahari (laut). Matra dirgantara pun perlu diperhatikan. Pemerintah perlu mengembangkan konsep sky patrol di Indonesia.” Ujar Hakim.
Saat ini, Indonesia belum memiliki teknologi peringatan dini dan patroli antariksa, yang dapat mendeteksi potensi jatuhnya asteroid atau benda langit lainnya (misal, sampah luar angkasa).
Thomas Djamaluddin, astrofisikawan dari Lembaga penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan, tenologi untuk mendukung pengawasan benda natariksa sangat mahal. Di dunia, baru negara maju seperti Amerika, Jepang, dan negara-negara di Eropa yang memilikinya.
“Ada cita-cita kearah sana, tapi saat ini belum memungkinkan untuk direalisasikan karena untuk membangunnya perlu dana besar. Ini juga terkait anggaran," ungkap Deputi Bidang Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan LAPAN ini.
Thomas menuturkan, “untuk menyiasati hal tersebut, pemerintah melakukan kerjasama internasional dengan negara lain di dunia, melalui mekanisme pertukaran data (data sharing)”.
Dikatakan Thomas, patroli antariksa dan sistem peringatan dini untuk mengantisipasi bencana akibat hantaman asteroid dan benda langit lainnya dibangun untuk kepentingan umat manusia di seluruh dunia tanpa ada sekat wilayah.
Apabila asteroid atau benda langit yang jatuh ke bumi berukuran besar, bencana yang mungkin terjadi tidak hanya menimpa negara yang menjadi lokasi yang dihantam tapi juga akan berpengaruh terhadap negara-negara disekitarnya
Peristiwa ledakan meteor di Chelyabinsk, Rusia pada hari Jumat (15/02/2013) kemarin terjadi diluar dugaan, menyebabkan sekitar 1.200 orang terluka. Hakim berharap kejadian tersebut dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kemungkinan terjadinya hal serupa di Indonesia.
“Semoga kedepannya kesadaran masyarakat akan meningkat, bukan hanya sesaat (setelah peristiwa itu terjadi),” ucap Hakim ketika dihubungi Kompas.com Minggu hari ini (17/02/2013).
Hakim menambahkan, Indonesia dengan wilayah yang sangat luas dan adanya ancaman hantaman asteroid yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Maka, perlu dibangun konsep perlindungan angkasa (spaceguard) yang serius.
“Pemerintah, melalui LAPAN, harus mulai serius membangun konsep spaceguard. Selama ini perlindungan wilayah difokuskan pada matra (dimensi) daratan dan bahari (laut). Matra dirgantara pun perlu diperhatikan. Pemerintah perlu mengembangkan konsep sky patrol di Indonesia.” Ujar Hakim.
Saat ini, Indonesia belum memiliki teknologi peringatan dini dan patroli antariksa, yang dapat mendeteksi potensi jatuhnya asteroid atau benda langit lainnya (misal, sampah luar angkasa).
Thomas Djamaluddin, astrofisikawan dari Lembaga penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan, tenologi untuk mendukung pengawasan benda natariksa sangat mahal. Di dunia, baru negara maju seperti Amerika, Jepang, dan negara-negara di Eropa yang memilikinya.
“Ada cita-cita kearah sana, tapi saat ini belum memungkinkan untuk direalisasikan karena untuk membangunnya perlu dana besar. Ini juga terkait anggaran," ungkap Deputi Bidang Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan LAPAN ini.
Thomas menuturkan, “untuk menyiasati hal tersebut, pemerintah melakukan kerjasama internasional dengan negara lain di dunia, melalui mekanisme pertukaran data (data sharing)”.
Dikatakan Thomas, patroli antariksa dan sistem peringatan dini untuk mengantisipasi bencana akibat hantaman asteroid dan benda langit lainnya dibangun untuk kepentingan umat manusia di seluruh dunia tanpa ada sekat wilayah.
Apabila asteroid atau benda langit yang jatuh ke bumi berukuran besar, bencana yang mungkin terjadi tidak hanya menimpa negara yang menjadi lokasi yang dihantam tapi juga akan berpengaruh terhadap negara-negara disekitarnya
Editor : emil
Sumber : sains.Kompas.com
Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak