Ada pepatah mengatakan, ‘mulutmu harimaumu’. Di dalam Islam, kita juga tahu bahwa ‘Ucapan Adalah Do’a’. Dua hal ini yang langsung ada dalam ingatan saya setelah membaca status Facebook seorang teman. Ada satu cerita yang masih tersimpan rapi di otak saya, sebuah kisah yang dituturkan oleh ayah dari sahabat saya, Yuvan. Begini ceritanya …
Alkisah, ada seorang Pangeran dari Sumedang bertemu dengan seorang anak perempuan. Di mata orang-orang, anak perempuan itu dikenal sebagai anak yang buruk rupa, tidak sedap dipandang. Tapi apa yang dikatakan oleh Pangeran, “aduh budak teh meni geulis” (aduh anak ini sangat cantik). Yang terjadi belasan tahun kemudian adalah anak itu tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita.
Kisah kedua, (mungkin) masih dari
Pangeran yang sama. Sang Pangeran berkunjung ke suatu desa di siang hari yang amat terik. Saat ia berkunjung, tidak ada seorang pun yang menawarinya singgah untuk minum. Ia pun pindah ke desa yang lain. Nah, di desa ini ia ditawari untuk singgah dan mencicipi ubi. Komentarnya, “aduh meni raos ieu huwi teh, amis” (aduh ubi ini enak sekali, manis). Apa yang terjadi kemudian? Di tempat itu, Desa Cilembu, menjadi tempat yang terkenal karena ubinya yang manis, Ubi Cilembu. Dan anehnya, walaupun di desa sekitarnya memiliki karakteristik wilayah yang sama, hanya di desa inilah Ubi Cilembu memiliki kualitas terbaik.
Apakah engkau merasa bangga ketika segala keluh kesahmu, caci makimu, ketidakpuasanmu, kemarahanmu, kebencianmu dipublikasikan dan disaksikan oleh ribuan orang dalam sebuah media?
Apakah engkau merasa puas setelah mengeluarkan segala unek-unek dalam hatimu kepada publik? Apakah hal itu dapat menyelesaikan segala masalah serta kesulitanmu?
Apakah engkau sangat mengharapkan orang-orang mengetahui seberapa besar kerapuhan hatimu? sehingga dapat berempati dan menolongmu dari segala kesusahanmu.
Ataukah engkau berharap ada orang lain yang dapat menjadi sekutu bagimu untuk membenci, menyalahkan dan menjelekkan apa yang engkau benci dan musuhi? sehingga engkau merasa nyaman dan tentram dengan ulahmu.
Jawablah dengan HATI NURANIMU sendiri…!
PIKIRKANLAH dengan matang dan penuh kedewasaan!
Jangan sampai engkau banyak MENYESAL di kemudian hari!
Jawablah dengan HATI NURANIMU sendiri…!
PIKIRKANLAH dengan matang dan penuh kedewasaan!
Jangan sampai engkau banyak MENYESAL di kemudian hari!
“Bukankah engkau tahu bahwa penyesalan itu selalu datang sesudah semuanya telah berlalu? Adapun salah satu obat penyesalan yang terbaik untukmu, adalah dengan menghindari diri sejak dini dari suatu tindakan yang bodoh dan tidak terpuji itu.”
Itu adalah orang lain, tetapi insya Allah tidak dengan sahabatku semuanya yang baik-baik….^_^
(Makna Hidup - Muhammad Irfan Firdaus)
BELAJAR MEMAKNAI ARTI HIDUP DAN KEHIDUPAN
BELAJAR MEMAKNAI ARTI HIDUP DAN KEHIDUPAN
Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini? Terlepas dari apakah cerita ini benar atau hanya dongeng pengantar tidur, pada dasarnya ucapan adalah do’a. Apa yang kita ucapkan bisa saja diamini, boleh jadi oleh orang yang mendengar, oleh jin atau oleh malaikat. Walaupun ucapan tersebut kita ucapkan sambil bercanda.
Hal ini saya alami sendiri. Yang pertama adalah saat dulu kuliah di Jatinangor, saya sempat bergurau untuk lulus dalam waktu 7 tahun. Walaupun saya memulai penelitian pada tahun keempat, ternyata waktu kelulusannya adalah pada tahun ke-7! . Yang kedua adalah saat berada di Jepang mengikuti pelatihan di Tsukuba. Teman-teman yang lain menyempatkan diri untuk berwisata ke beberapa tempat. Mereka bertanya kepada saya, ‘kok nggak jalan-jalan’. Jawab saya sambil bercanda, ‘Nggak ah, gak sempat. Nanti juga saya ke Jepang lagi’. Alhamdulillah, saya sekarang di Jepang lagi. Masih ndak percaya? Coba saja buktikan sendiri, tapi dengan candaan yang baik, jangan yang buruk.
Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak