Belakangan ini, sejumlah orang sepertinya punya nafsu membara untuk membanting ponselnya. Padahal sebabnya sepele: seekor burung. Iya, burung yang menyebalkan itu bernama Flappy Bird. Itu adalah sebuah aplikasi game sederhana yang dibuat oleh seorang pengembang asal Vietnam.
Game ini awalnya hanya populer di kalangan terbatas. Grafisnya yang sederhana dengan tampilan ala game 8 bit dan cara bermain yang juga tak kalah sederhana membuatnya banyak diremehkan orang yang baru pertama kali melihatnya. Tapi kalau sudah sekali mencoba, sangat mungkin Anda termasuk yang jadi kecanduan memainkannya dan kalau sudah mulai kesal mungkin akan bertindak seperti yang saya tuliskan di awal artikel ini.
Flappy Bird memiliki tujuan untuk membawa seekor burung terbang melintasi rintangan berupa pipa-pipa yang menjulang vertikal. Si pemain harus mengetuk layar untuk membawa si burung melambung dan tidak perlu melakukan apapun untuk membiarkan si burung menukik.
Sialnya, permainan ini tak semudah di teori dan bayangan. Menentukan ketukan yang pas dan timing yang tepat adalah persoalan sendiri. Alhasil, banyak pemain yang naik emosinya karena sudah menabrak pipa di pipa ketiga, keempat atau maksimal ketujuh.
Demikianlah, kecanduan itu menular. Banyak orang yang tertantang untuk bermain setelah melihat teman-temannya heboh membahas game ini (dan skor mereka yang payah) di Twitter, Facebook atau Path. Ulangi proses itu dan efek viral pun kian membesar.
Pada dasarnya, game ini mengeksploitas sifat manusia yang mudah penasaran. Sifat penasaran itu akan membuat pemain Flappy Bird mengulangi permainan setiap kali mereka gagal. Mereka senang disulitkan, mereka gemar dibuat kesal oleh hal-hal yang tak penting. Ini mirip dengan orang-orang yang gemar ditakut-takuti film horor. Mereka datang ke bioskop tapi kemudian menutup mata saat adegan seram muncul di layar.
Semakin besar rasa penasaran, semakin tinggi tingkat adiksi game ini. Tak usah heran bila Anda menemukan teman kantor yang sedang mojok memelototi iPhone atau Galaxy S4-nya dan setelah diselidiki ia tengah memencet-mencet layar untuk membuat si burung 8 bit itu terbang.
Tapi seperti halnya semua tren di dunia ini, popularitas datang dan pergi. Dulu pun media sosial pernah dibuat demam game Candy Crush atau Pokopang. Tapi toh lama kelamaan orang berhenti memainkannya. Game Flappy Bird pun bukan pengecualian. Sudah ada yang menjelaskan mengapa game ini akan lekas surut ketenaran dan daya tariknya.
Bila ada pelajaran yang bisa dipetik dari sukses Flappy Bird ini adalah bahwa kadang tak diperlukan hal yang rumit dengan teknologi canggih atau user interface yang dijejali berbagai teori interaksi untuk bisa menciptakan produk yang bagus.
Jadi, biarkan saja semua orang memainkan game ini, tentu saja asalkan tidak sampai memicu tindakan kasar seperti melemparkan ponsel ke rekan sebelah atau membuat Anda jadi bolos bekerja biar bisa bermain seharian.
Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak