Koleksi dari Dubai Turut Meriahkan Ramadan
Marhaban, ya ramadan. Bulan suci tinggal sepekan lagi, banyak gerai ternama hingga gerai tak berlabel yang biasa dijumpai di pasar tradisional bersiap untuk menyamnutnya. Salah satunya Kashkha. Berasal dari bahasa Arab, Kashkha berarti "cantik". Label dari Dubai yang berdiri sejak 1989 ini mulai mengembangkan sayap bisnisnya ke Indonesia pada 2012.
"Kashkha di negeri asalnya diakui sebagai merek retail terkemuka untuk fashion Arab kontemporer. Masuk di Indonesia pertama kali berada di Jalan Lauser. Dan sejak awal 2014 pindah ke tempat yang lebih luas lagi di kawasan Pasar Mayestik untuk mengembangkan bisnis dan lokasi yang lebih strategis," kata Deashi, kepala manajer gerai ini kepada Tempo, Kamis, 19 Juni 2014.
Deashi mengatakan saat ini banyak koleksi yang tersedia untuk menyambut Ramadan dan Idul Fitri. Beragam produk yang ditawarkan antara lain kaftan, syal, gaun panjang, kurti atau tunik. poncho alias tunik berbahan sifon, pashmina, kerudung, dan tas.
"Harga yang ditawarkan bervariasi untuk scarf dan kerudung mulai Rp 69 ribu hingga Rp 450 ribu. Pashmina mulai Rp 39 ribu sampai Rp 1,5 juta. Dan aneka busana muslim seperti tunik, gaun panjang, kaftan mulai Rp 290 ribu hingga Rp 2 juta ke atas," kata Deashi.
Busana Muslim, dari Romantis, Etnis, hingga Glamor
Busana muslim tak hanya marak dicari dan diburu di pasar, seperti Tanah Abang, Mayestik, dan Thamrin City. Kini para perancang Indonesia juga mulai unjuk diri untuk memanjakan para pemakai dan pencinta busana muslim.
Dalam ajang Jakarta Fashion Food Festival (JFFF) 2014, melalui Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), pada Selasa, 20 Mei 2014, di Hotel Harris, Kelapa Gading, Jakarta Utara, ditampilkan karya para perancang busana muslim dalam aneka gaya.
Perancang Najua Yanti menghadirkan "Flowery" yang terinspirasi dari suasana romantis bunga-bunga nan cantik. Najua tampak pintar menyajikan ragam layer; warna soft seperti pink, baby lime, off white dan fusia; dengan detail renda, print, dan draperi dalam aneka busana berpotongan loose dan semi-loose.
"Saya menggunakan layer dan kerut untuk busana kasual dan semiformal. Busana muslim pun bisa untuk bergaya dalam berbagai kesempatan," kata Najua.
Adapun Kursien Karzai melalui "Story of Kayan" terinspirasi dari nama suku yang berada di Myanmar, Birma, atau masyarakat Kareni dari etnis Tibet, Birma. "Keunikan perempuan suku Kayan dengan pemakaian aksesori terbuat dari bahan kuningan yang melingkari leher setinggi dagu," kata Kursien.
Kursien menambahkan, fungsi pemakaian aksesori ini dimaksudkan untuk membentuk leher agar lebih jenjang dan tinggi. "Di dalam kelompok, memiliki leher panjang merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Semakin panjang leher, semakin dianggap cantik," ujarnya.
Perempuan suku ini memiliki gaya berbusana sederhana untuk keseharian dengan warna putih, abu-abu, dan hitam. "Untuk warna full color, saya hadirkan pada hijab, kalung, dan gelang yang memberikan kesan dramatis namun kontras."
Busana muslim berupa dress panjang, jaket, dan celana panjang dengan bahan sifon, creepe, dan twil dihadirkan Kursien untuk memberikan sentuhan, "Berbusana muslim pun tetap bisa nge-gaya," ujarnya.
Sedangkan Lia Afif menghadirkan "Fearless Beauty" yang menurut dia bisa datang dari mana saja. Maksudnya? "Saya menghadirkan busana muslim glamor yang terinspirasi dari keberanian kaum Hawa untuk tampil anggun, cantik khas Indonesia. Maksudnya, everybody is an artist of life, artinya adalah wanita harus memiliki semangat hidup, percaya diri, sikap dan pikiran positif dalam segala hal, termasuk kecantikan dalam berbusana," ujar Lia.
Memakai bahan tenun rang-rang berkombinasi hijau, kuning, oranye, dan biru membuat busana muslim ini sangat pas dikenakan untuk acara resmi dan pesta.
Untuk menyambut Bulan Suci, Kashkha akan menyelenggarakan acara Customer Gathering dan Trunk Show yang menampilkan 30 busana,dari koleksi eksklusif yang bisa dikenakan pada saat berbuka dan bersantap sahur bersama hingga koleksi dengan gaya lebih muda dan sederhana yang biasa dipakai untuk beraktivitas sehari-hari .
Dijelaskan Deashi, detail yang menjadi ciri khas Kashkha adalah kerajinan bordir atau sulam tangan, bordir atau sulam mesin, lace, mutiara, bebatuan, manik-manik, dan aksen patchwork.
Dalam ajang Jakarta Fashion Food Festival (JFFF) 2014, melalui Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), pada Selasa, 20 Mei 2014, di Hotel Harris, Kelapa Gading, Jakarta Utara, ditampilkan karya para perancang busana muslim dalam aneka gaya.
Perancang Najua Yanti menghadirkan "Flowery" yang terinspirasi dari suasana romantis bunga-bunga nan cantik. Najua tampak pintar menyajikan ragam layer; warna soft seperti pink, baby lime, off white dan fusia; dengan detail renda, print, dan draperi dalam aneka busana berpotongan loose dan semi-loose.
"Saya menggunakan layer dan kerut untuk busana kasual dan semiformal. Busana muslim pun bisa untuk bergaya dalam berbagai kesempatan," kata Najua.
Adapun Kursien Karzai melalui "Story of Kayan" terinspirasi dari nama suku yang berada di Myanmar, Birma, atau masyarakat Kareni dari etnis Tibet, Birma. "Keunikan perempuan suku Kayan dengan pemakaian aksesori terbuat dari bahan kuningan yang melingkari leher setinggi dagu," kata Kursien.
Kursien menambahkan, fungsi pemakaian aksesori ini dimaksudkan untuk membentuk leher agar lebih jenjang dan tinggi. "Di dalam kelompok, memiliki leher panjang merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Semakin panjang leher, semakin dianggap cantik," ujarnya.
Perempuan suku ini memiliki gaya berbusana sederhana untuk keseharian dengan warna putih, abu-abu, dan hitam. "Untuk warna full color, saya hadirkan pada hijab, kalung, dan gelang yang memberikan kesan dramatis namun kontras."
Busana muslim berupa dress panjang, jaket, dan celana panjang dengan bahan sifon, creepe, dan twil dihadirkan Kursien untuk memberikan sentuhan, "Berbusana muslim pun tetap bisa nge-gaya," ujarnya.
Sedangkan Lia Afif menghadirkan "Fearless Beauty" yang menurut dia bisa datang dari mana saja. Maksudnya? "Saya menghadirkan busana muslim glamor yang terinspirasi dari keberanian kaum Hawa untuk tampil anggun, cantik khas Indonesia. Maksudnya, everybody is an artist of life, artinya adalah wanita harus memiliki semangat hidup, percaya diri, sikap dan pikiran positif dalam segala hal, termasuk kecantikan dalam berbusana," ujar Lia.
Memakai bahan tenun rang-rang berkombinasi hijau, kuning, oranye, dan biru membuat busana muslim ini sangat pas dikenakan untuk acara resmi dan pesta.
Untuk menyambut Bulan Suci, Kashkha akan menyelenggarakan acara Customer Gathering dan Trunk Show yang menampilkan 30 busana,dari koleksi eksklusif yang bisa dikenakan pada saat berbuka dan bersantap sahur bersama hingga koleksi dengan gaya lebih muda dan sederhana yang biasa dipakai untuk beraktivitas sehari-hari .
Dijelaskan Deashi, detail yang menjadi ciri khas Kashkha adalah kerajinan bordir atau sulam tangan, bordir atau sulam mesin, lace, mutiara, bebatuan, manik-manik, dan aksen patchwork.
Farah Angsana Ingin Buat Label Busana Muslim
Desainer Farah Angsana berkeinginan membuat label pakaian muslim. Farah, yang merintis kareirnya di Paris Fashion Week, sebelumnya sudah pernah merilis label pakaian pria, couture, bridal, dan ready to wear.
“Saya ingin bikin label pakaian muslim suatu hari nanti. Tapi belum tahu kapan,” kata Farah di Gandaria City, Jakarta, Rabu, 4 Juni 2014. Farah mengunjungi Jakarta untuk menghadiri Indonesia Creative Week yang digelar di Skeeno Hall, 4-7 Juni 2014.
Jika keinginan itu terwujud, Farah berencana memasarkan karyanya itu ke Indonesia, “Atau bisa juga ke Timur Tengah." Farah mengatakan karyanya tentu akan sedikit berbeda dengan karakter desainnya sekarang yang seksi dan seduktif. “Tentu harus layak untuk mereka yang berhijab.”
Desain Farah Angsana, Langganan Selebritas Dunia
Farah Angsana, perancang busana kelahiran Medan, 9 Februari 1971, dikenal pandai menciptakan rancangan elegan. Alumnus Central School of Fashion di London ini menetap di Zurich, Swiss, namun sering bolak-balik ke New York, pusat mode dunia selain Paris, Milan, dan London.
Di New York, ia memenuhi keinginan para pelanggannya yang kebanyakan berasal dari kalangan sosialita. Di antaranya Carrie Underwood, Eva Longoria, Paula Abdul, Holly Robinson Peete, Olivia Wilde, Alicia Silverstone, Dania Ramirez, Anne Hathaway, Emmy Rossum, Mary Elizabeth Winstead, dan Blake Lively.
Pada 2003, dia membuat pagelaran koleksi busana laki-laki di Paris. Setelah itu, dia mengambil jeda. Bisnis pakaian prianya tidak berjalan seperti harapan. Namun bisnis pakaian perempuannya tetap mendapat tempat di pasar Timur Tengah.
Pada 2006 dia hanya berfokus pada baju perempuan. Sejak 2008 diarutin mengikuti New York Fashion Week. Menurut Farah, New York memiliki karakteristik berbeda dengan Paris. New York erat kaitannya dengan bisnis, sedangkan Paris adalah soal keindahan dan seni. Karyanya terdapat di Amerika Serikat, selain di butik-butik khusus di Bahrain, Dubai, Kuwait, London, dan beberapa kota di Italia.
Ia menganggap dirinya tak sekadar berkiprah secara internasional. "Saya tidak go international, I am international," katanya. "Saya adalah desainer kelahiran Indonesia dengan kemampuan internasional."
Ia mengikuti suaminya ke Swiss 20 tahun lalu. "Saya istri yang baik, tapi ibu rumah tangga yang buruk. Saya memulai jadi desainer dengan membuat sketsa di dapur. From the kitchen to Paris Fashion Week," katanya.
Ia mulai rutin mengikuti berbagai pekan mode dunia untuk memperkenalkan karya-karyanya. Diakui Farah, aktivitas ini berat dijalani pada tahun pertama.
"Dalam satu atau dua tahun saya tidak menjual apa pun. Hanya mengeluarkan banyak uang. Ini bisnis fashion yang brutal, terlihat glamor dari luar saja. Ketika Anda membicarakan bisnis, harus jadi diri Anda sendiri, tak perlu berpura-pura baik," katanya.
Ini diakuinya sebagai masa-masa suram. "Sebagai manusia, pasti menjalaninya. Apa sih yang mudah dijalani? Tapi saya memotivasi diri untuk lebih baik lagi," katanya.
Farah pernah tampil di beberapa pagelaran mode dunia, seperti New York Fashion Week, Paris Fashion Week, dan Zurich Fashion Week. Sebagai seorang desainer, Farah dikenal dengan karyanya yang berupa rancangan gaun malam dan bridal.
Farah Angsana, 43 tahun, adalah satu dari sedikit desainer Indonesia yang merintis kariernya secara internasional. Istri dari pengusaha keuangan Swiss, Pius Gasser, ini pertama kali meluncurkan koleksinya di Paris Fashion Week. Sejak 2008, ia rutin mengikuti New York Fashion Week. Selain itu, ia pernah mengikuti Los Angeles Fashion Week.
Farah dikenal dengan gaun-gaunnya yang glamor, elegan, seksi, dan seduktif, serta layak digunakan dalam acara red carpet. Gaun karyanya pernah dipakai pesohor dunia seperti Ashley Tisdale, Olivia Wilde, Carrie Underwood, Eva Longoria, Paula Abdul, Holly Robinson Peete, Olivia Wilde, Alicia Silverstone, Dania Ramirez, Anne Hathaway, Emmy Rossum, Mary Elizabeth Winstead, dan Blake Lively.
"Kecantikan itu meliputi aksen berbagai hal yang disebutkan di atas. Dan Kashkha sangat kental dengan semua ini," ujarnya.
Tak hanya di Mayestik, gerai Kashkha juga ada di Thamrin City. Di Bandung, kata Deashi, Kashkha terdapat di The Secret dan Samaya Hijab Store.
Di New York, ia memenuhi keinginan para pelanggannya yang kebanyakan berasal dari kalangan sosialita. Di antaranya Carrie Underwood, Eva Longoria, Paula Abdul, Holly Robinson Peete, Olivia Wilde, Alicia Silverstone, Dania Ramirez, Anne Hathaway, Emmy Rossum, Mary Elizabeth Winstead, dan Blake Lively.
Pada 2003, dia membuat pagelaran koleksi busana laki-laki di Paris. Setelah itu, dia mengambil jeda. Bisnis pakaian prianya tidak berjalan seperti harapan. Namun bisnis pakaian perempuannya tetap mendapat tempat di pasar Timur Tengah.
Pada 2006 dia hanya berfokus pada baju perempuan. Sejak 2008 diarutin mengikuti New York Fashion Week. Menurut Farah, New York memiliki karakteristik berbeda dengan Paris. New York erat kaitannya dengan bisnis, sedangkan Paris adalah soal keindahan dan seni. Karyanya terdapat di Amerika Serikat, selain di butik-butik khusus di Bahrain, Dubai, Kuwait, London, dan beberapa kota di Italia.
Ia menganggap dirinya tak sekadar berkiprah secara internasional. "Saya tidak go international, I am international," katanya. "Saya adalah desainer kelahiran Indonesia dengan kemampuan internasional."
Ia mengikuti suaminya ke Swiss 20 tahun lalu. "Saya istri yang baik, tapi ibu rumah tangga yang buruk. Saya memulai jadi desainer dengan membuat sketsa di dapur. From the kitchen to Paris Fashion Week," katanya.
Ia mulai rutin mengikuti berbagai pekan mode dunia untuk memperkenalkan karya-karyanya. Diakui Farah, aktivitas ini berat dijalani pada tahun pertama.
"Dalam satu atau dua tahun saya tidak menjual apa pun. Hanya mengeluarkan banyak uang. Ini bisnis fashion yang brutal, terlihat glamor dari luar saja. Ketika Anda membicarakan bisnis, harus jadi diri Anda sendiri, tak perlu berpura-pura baik," katanya.
Ini diakuinya sebagai masa-masa suram. "Sebagai manusia, pasti menjalaninya. Apa sih yang mudah dijalani? Tapi saya memotivasi diri untuk lebih baik lagi," katanya.
Farah pernah tampil di beberapa pagelaran mode dunia, seperti New York Fashion Week, Paris Fashion Week, dan Zurich Fashion Week. Sebagai seorang desainer, Farah dikenal dengan karyanya yang berupa rancangan gaun malam dan bridal.
Farah Angsana, 43 tahun, adalah satu dari sedikit desainer Indonesia yang merintis kariernya secara internasional. Istri dari pengusaha keuangan Swiss, Pius Gasser, ini pertama kali meluncurkan koleksinya di Paris Fashion Week. Sejak 2008, ia rutin mengikuti New York Fashion Week. Selain itu, ia pernah mengikuti Los Angeles Fashion Week.
Farah dikenal dengan gaun-gaunnya yang glamor, elegan, seksi, dan seduktif, serta layak digunakan dalam acara red carpet. Gaun karyanya pernah dipakai pesohor dunia seperti Ashley Tisdale, Olivia Wilde, Carrie Underwood, Eva Longoria, Paula Abdul, Holly Robinson Peete, Olivia Wilde, Alicia Silverstone, Dania Ramirez, Anne Hathaway, Emmy Rossum, Mary Elizabeth Winstead, dan Blake Lively.
"Kecantikan itu meliputi aksen berbagai hal yang disebutkan di atas. Dan Kashkha sangat kental dengan semua ini," ujarnya.
Tak hanya di Mayestik, gerai Kashkha juga ada di Thamrin City. Di Bandung, kata Deashi, Kashkha terdapat di The Secret dan Samaya Hijab Store.
Toko Khusus Busana Muslim Karya 60 Desainer
Tren busana muslim di Indonesia semakin menggeliat, menuju kiblat fashion muslim dunia pada 2020.
Selain para desainer, pusat perbelanjaan juga menampilkan konsep terbaru. Ini dilakukan Pasaraya, pusat perbelanjaan di Blok M yang memperkenalkan Al Madina, toko yang menampilkan koleksi dari para desainer busana muslim Indonesia.
Menurut Medina Latief Harjani, President Director Pasaraya dalam kesempatan jumpa pers, Selasa, 10 Juni 2014, mode yang berkembang dalam busana muslim menjadi inspirasi pusat perbelanjaan ini untuk menghadirkan pusat fashion busana muslim Al Madina.
Toko ini berisi koleksi terbaru dari 60 desainer ternama Indonesia. Diantaranya, dari Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).
Mereka antara lain adalah; Arzetty Bilbina, Anne Rufaidah, Ade Listiani, Ahmad Zaki, Boyonz Ilyas, Corrie Kastubi, Dian Pelangi, Dimas Mahendra, Ida Royani, Irna Mutiara, Iva Latifah, Jeni Tjahyawati, Malik Moestaram, Monika Jufry, Najwa Yanti, Nuniek Mawardi, Ronald V, Ghagana, Sofie, Stephanus Hamy serta dari 34 brand terkenal lainnya.
"Al Madina sudah dibuka sejak 2013 lalu tapi baru diperkenalkan saat ini, karena sempat pesimis konsepnya bisa diterima baik oleh para konsumen," kata Medina mengenai toko menempati lahan seluas 1300 m2 ini.
Selain desainer, toko ini juga menyediakan koleksi dari beragam label lokal seperti Sessa, Taqeeya, Marocco, Up To Date, Irna La Perla, dan sejumlah nama brand lainnya. Juga perlengkapan untuk umrah, haji, perlengkapan salat, dan aksesori.
Pada acara pembukaan, Pasaraya memamerkan rangkaian busana muslim yang dijual di Al Madina dengan menyelenggarakan fashion show. "Masih banyak label yang akan bergabung nantinya saat Ramadan," kata Medina.(tempo)
Selain para desainer, pusat perbelanjaan juga menampilkan konsep terbaru. Ini dilakukan Pasaraya, pusat perbelanjaan di Blok M yang memperkenalkan Al Madina, toko yang menampilkan koleksi dari para desainer busana muslim Indonesia.
Menurut Medina Latief Harjani, President Director Pasaraya dalam kesempatan jumpa pers, Selasa, 10 Juni 2014, mode yang berkembang dalam busana muslim menjadi inspirasi pusat perbelanjaan ini untuk menghadirkan pusat fashion busana muslim Al Madina.
Toko ini berisi koleksi terbaru dari 60 desainer ternama Indonesia. Diantaranya, dari Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).
Mereka antara lain adalah; Arzetty Bilbina, Anne Rufaidah, Ade Listiani, Ahmad Zaki, Boyonz Ilyas, Corrie Kastubi, Dian Pelangi, Dimas Mahendra, Ida Royani, Irna Mutiara, Iva Latifah, Jeni Tjahyawati, Malik Moestaram, Monika Jufry, Najwa Yanti, Nuniek Mawardi, Ronald V, Ghagana, Sofie, Stephanus Hamy serta dari 34 brand terkenal lainnya.
"Al Madina sudah dibuka sejak 2013 lalu tapi baru diperkenalkan saat ini, karena sempat pesimis konsepnya bisa diterima baik oleh para konsumen," kata Medina mengenai toko menempati lahan seluas 1300 m2 ini.
Selain desainer, toko ini juga menyediakan koleksi dari beragam label lokal seperti Sessa, Taqeeya, Marocco, Up To Date, Irna La Perla, dan sejumlah nama brand lainnya. Juga perlengkapan untuk umrah, haji, perlengkapan salat, dan aksesori.
Pada acara pembukaan, Pasaraya memamerkan rangkaian busana muslim yang dijual di Al Madina dengan menyelenggarakan fashion show. "Masih banyak label yang akan bergabung nantinya saat Ramadan," kata Medina.(tempo)