Pelantikan Jokowi-JK Dinilai Jadi yang Terbaik Sepanjang Sejarah
Pemandangan menyejukkan sekaligus menggembirakan terlihat saat pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden RI ketujuh. Selain dihadiri semua mantan kepala negara, pelantikan ini juga dihadiri oleh mantan pesaing Jokowi-JK di Pilpres lalu, yakni Prabowo Subianto dan Hatta Radjasa.
Selain itu, serangkaian acara pisah sambut dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Joko Widodo pun berlangsung akrab dan hangat. Bisa dikatakan, transisi pemerintahan kali ini terbaik sepanjang sejarah republik ini berdiri.
Jika berkaca pada sejarah, transisi dari Presiden RI Pertama Soekarno kepada Soeharto menyisakan kisah kontroversi yang tak kunjung terungkap. Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dinilai sebagian orang sebagai upaya Soeharto untuk mengambil alih posisi Soekarno dengan cara kudeta.
Transisi Soeharto kepada Habibie pun tidak berjalan mulus. Sebab, Soeharto yang kala itu sudah menjabat selama 32 tahun harus mengalami bad ending setelah dipaksa turun oleh masyarakat terutama kalangan mahasiswa. Selain itu, komunikasi antara Soeharto dan Habibie pun memburuk hingga ajal menjemput Presiden RI kedua itu. Entah apa penyebabnya.
Begitu pula dengan Habibie. Pria yang satu-satunya menjabat Presiden tanpa memiliki wakil ini mengalami hal dramatis di akhir jabatannya. Sebab, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menolak laporan pertanggungjawaban Habibie. Karena ini, Habibie pun urung mencalonkan kembali sebagai presiden dan memilih lebih banyak menetap di Jerman bersama istrinya, Asri Ainun.
Melalui pemilihan di MPR/DPR, Indonesia akhirnya memiliki presiden baru menggantikan BJ Habibie, dialah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Tokoh satu ini terbilang kontroversi. Selain kerap melakukan reshuffle kabinet, Gus Dur juga sering dicemooh karena sering melakukan plesir ke luar negeri.
Hingga akhirnya, Gus Dur dituding terlibat dengan skandal Buloggate dan Bruneigate. Isu ini menjadi senjata DPR untuk memakzulkan Gus Dur dari tampuk kekuasaan. Kendati tidak pernah terbukti bahwa Gus Dur melakukan pelanggaran hukum, dia tetap menerima posisinya digantikan wakilnya Megawati Soekarnoputri. Bagi Gus Dur, tak ada jabatan di dunia ini yang harus dipertahankan mati-matian.
Megawati akhirnya menjadi kepala negara perempuan pertama sepanjang sejarah didampingi Hamzah Haz. Mega memiliki catatan kontroversi karena menjual aset negara kepada asing, tapi di era Mega pula pemilihan presiden secara langsung dijalankan. Ironisnya, Mega yang kembali bertarung didampingi Hasyim Muzadi pada Pilpres 2004, harus menerima kekalahan setelah dipecundangi dua mantan anak buahnya di kabinet yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla.
Komunikasi antara Mega dan SBY pun kian memburuk. Mega nyaris tak pernah hadir di Istana Negara untuk merayakan kemerdekaan ketika mantan petinggi negara lainnya hadir. Bahkan persaingan antar keduanya kembali berlangsung di Pilpres 2009. Dan SBY kembali mengalahkan putri sulung Proklamator Soekarno ini.
SBY yang menjadi presiden pertama pilihan langsung rakyat berhasil mengakhiri jabatannya hingga tuntas tepatnya satu dekade. SBY harus memberikan tongkat estafet kepemimpinan kepada Jokowi yang berhasil keluar sebagai pemenang dalam Pilpres 2014 lalu. Transisi kepemimpinan pun berlangsung.
Namun, yang menjadi pembeda dari sebelumnya, transisi kepemimpinan kali ini terlihat lebih indah dari biasanya. Sebelum lengser, SBY sempat mengundang Jokowi ke Istana Negara dan mengajak berkeliling Istana dengan penuh keakraban. Kelancaran transisi ini berlanjut saat MPR melantik Jokowi dan seremonial pisah sambut di Istana Negara. Jokowi pun sah menjadi Presiden RI ketujuh.
Terima kasih SBY, selamat bekerja Jokowi...(foto : okezone)
Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak