Bandung-Jabar - Pengguna bahasa pasti cenderung lebih memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Namun, apakah kita berani menggunakan bahasa daerah dengan teman kita yang memang sedaerah di depan umum.
Saat di era globalisasi seperti ini, sedang terjadi yang namanya hagemoni bahasa. Banyak orang ramai-ramai menggunakan dan mempelajari bahasa baru di luar bahasa ibu. Namun, eksistensi bahasa daerah sebagai bahasa ibu cenderung mulai terlupakan. Seakan menggelitik kita semua bahwa masyarakat merasakan dilema ketika akan menggunakan bahasa ibu mereka sendiri. Hal tersebut sedang terjadi saat ini, bagaimana banyaknya pemuda menyembunyikan identitas aslinya dari daerah mereka datang.
Sepanjang pengamatan Tim Yangmudacom, ada satu alasan mengapa kita “sedikit malu” dalam menggunakan bahasa daerah. Alasan tersebut ialah bahasa daerah tidak akan menghasilkan uang bagi pemakainya. Bagaimana bisa sebuah alasan ekonomi menjadi berpengaruh besar dalam pemilihan bahasa sehari-hari. Sebagai contoh seperti ini, mereka akan memilih belajar bahasa asing karena akan membuat mereka mampu bertransaksi dan berkomunikasi dengan dunia luar. Namun, mereka pun pasti akan bingung, bahasa asing mana yang lebih menguntungkan untuk dipelajari saat ini.
Kita tidak mendahulukan bahasa daerah dan memilih bahasa yang bisa membuat soft skill berkembang. Beberapa fakta yang bisa menjadi bahan acuan kita semua. Bila kita berkunjung ke daerah-daerah yaitu Garut, Sukabumi, Kediri, Malang, ataupun Lombok mereka masih menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa komunikasi. Bahkan, mereka tetap mampu menghasilkan penghasilan dengan tetap menggunakan bahasa daerahnya. Kabar baiknya adalah para wisatawan yang harus belajar bahasa daerah agar mereka tidak tertipu oleh masyarakat lokal.
Dari fakta di atas, kita menyadari bahwa bahasa daerah punya kedudukan yang tak kalah penting seperti bahasa Indonesia. Dengan total sekitar 748 bahasa daerah yang kita punya, kita akan memiliki potensi yang luar biasa bila wisatawan luar datang dan belajar bahasa daerah setempat.
Selain itu, ada beberapa keuntungan lain yang bisa kita dapat dalam melestarikan bahasa daerah. Pertama ialah sebagai alat ungkap kebudayaan dan sebagai identitas bangsa. Bila kita teliti seksama, bahasa daerah di Indonesia mempunyai kekhasan yang berbeda-beda. Ciri khas daerahnya mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda pula. Sehingga apabila kita mampu menguasai bahasa daerah tersebut, kita mampu membuka jejak kebudayaan bangsa serta mengggali potensi wisata yang akan menarik banyak orang untuk datang ke daerah tersebut.
Sebagai identitas bangsa, bahasa daerah mampu membuat negara ini memiliki keragaman bahasa. Indonesia tetaplah negara dengan bahasa daerah banyak, membuat banyak peneliti datang ke negara ini dan meneliti cara masyarakat dalam hidup damai dengan berbeda cara berkomunikasi.
Hal-hal di atas sudah bisa disimpulkan bahwa tidak perlu merasa malu untuk menggunakan bahasa daerah. Banyak sekali esensi yang didapat dari hal tersebut. Sudah seharusnya di masa yang akan datang tetap mewariskan bahasa ibu mereka ke anak-anaknya.
Apakah Kita Malu Berbahasa Daerah? (inilah)
2 Comments
Sepertinya tidak ada yang harus dimalukan untuk memnggunakan dan membiasakan dalam penggunaan bahas daerah ya Kang, justru anak bangsa ini harus bangga kepada bahasa daerahnya sendiri.
ReplySetuju Pisan Bang :_
ReplyAdmin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak