MENGENAL HIKMAH PUASA PADA BULAN RAMADHAN
I.
Pendahuluan
Kutipan hadits oleh Imam Baihaqi yang bersumber dari Ali:
"Akan datang pada manusia satu zaman, dikala itu Islam tidak tinggal melainkan namanya, dan Al-Quran tidak tinggal,melainkan tulisannya, masjid-masjidnya bagus namun kosong dari petunjuk,...”
(HR. Baihaqi dari Ali).
Puasa merupakan kewajiban seluruh umat Islam, yang dikenal dengan "Fardhu Zaman".
Artinya:
setiap tahun diwajibkan bagi umat Islam berpuasa.
Puasa termasuk dalam rukun Islam, di antara lima rukun Islam lainnya.
Dalam melaksanakan puasa bulan Ramadhan, bila kita perhatikan, kebanyakan umat Islam tentu telah mengamalkannya, berdasarkan keyakinannya, akan tetapi mungkin ada yang belum berkesempatan bertanya ataupun tidak ingin bertanya guna memperoleh pengetahuan; kenapa umat Islam diwajibkan berpuasa.
Seandainyalah puasa itu tidak bertujuan, sudah barang tentu akan sia-sia belaka, yang diperoleh hanya puasa makan minum dan tidak bercampur suami istri. Begitupun maksud adanya sholat tarawih dan sholat witir dalam bulan puasa.
Apakah ada hubungan puasa bulan Ramadhan dengan tujuan dilahirkannya Muhammad, innama buistu litammima makarimal akhlaq?
Dengan ditinggalkannya Dua Pusaka Abadi, QUR'AN dan SUNNAH .
Kita perhatikan peringatan Tuhan:
QS(61)2-3:
"Yaa ayyuhal ladziina aamanuu lima taquuluuna ma laa taf'aluun. Kabura maqtan 'indallaahi an taquuluu maa laa taf'aluun."
Artinya:
"Hai orang beriman, JANGAN KAMU MENGATAKAN sesuatu yang TIDAK KAMU KETAHUI.
BESAR SEKALI BENCI Allah lantaran mereka mengatakan sesuatu, hukumnya tidak diperbuatnya."
Tujuan berpuasa di Bulan Ramadhan,
Firman Tuhan:
QS(2)183:
"Yaa ayyuhal ladziina aamanuu kutiba 'alaikumush shiyaamu kamaa kutiba 'alalladziina min qablikum la'allakum tattaquun."
Artinya:
"Hai orang yang beriman, DIWAJIBKAN ATAS KAMU BERPUASA, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, SUPAYA KAMU BERTAQWA."
Dari keterangan firman di atas, nyatalah berpuasa itu diwajibkan sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang terdahulu.
Tujuannya adalah TAQWA. SETENGAH AHLI TAFSIR mengatakan TERTUJU KEPADA ORANG YANG BERIMAN. Padahal APABILA MANUSIA ITU SUDAH BERIMAN, TENTU TIDAK PERLU LAGI DISURUH BERPUASA. Padahal Allah tertuju kepada "IMAN", karena dia kepercayaan Allah. IMAN ITU ADALAH RUH, RUH ITU ADALAH KITAB; IMAN RUH KITAB ITU ADALAH NUR, YANG TERSIMPAN DI DALAM DADA TIAP-TIAP MANUSIA.
QS 42:51- 52.
Apa maksudnya bahwa Allah tertuju kepada iman, SUPAYA DIA BERTAQWA?
Tujuannya adalah agar supaya tiap-tiap yang akan diucapkan dan diamalkan itu hendaknya TERBIT DARI HATI YANG TAQWA. Artinya Iman yang termaktub (tersimpan) dalam hati, di ikrar dengan lidah, diamal dengan anggota, sehingga TIDAK BERTENTANGAN DENGAN NIAT YANG BERASAL DARI DALAM HATINYA.
Apa yang menyebabkan TERJADINYA PERTENTANGAN ANTARA NIAT DALAM HATI DENGAN IKRAR YANG DIAMALKAN?
Firman Tuhan:
QS(64)2:
"Huwal ladzii khalaqakum fa minkum kaafiruw wa minkum mu'minuuw wallahu bi maa ta'maluuna bashiir.
Artinya:
"Dia yang menjadikan kamu, DI ANTARA KAMU (DALAM HATI SETIAP MANUSIA) ADA YANG KAFIR (yang ENGKAR) dan ADA YANG MUKMIN (RUH)."
Yang MUKMIN itu, Abdi filqalbiil mu'miniin, hambaKu dalam hati mereka NAMANYA MUKMIN, tidak laki tidak perempuan, berada dalam dada laki-laki dan dalam dada perempuan, BERSIFAT:
"SIDDIQ AMANAH TABLIGH FATHONAH".
Untuk mengetahui adanya mukmin, dapat dirasakan melalui 'aalimul ghaibi wasy syahadah.
Artinya yang tahu itu ghaib (tersembunyi dalam dada setiap manusia), menjadi saksi atas kesalahan dirinya sendiri.
Yang KAFIR itu adalah sifat manusia (BUKAN TUBUH MANUSIA).
Engkar bahasa kita, kafir bahasa Arab. Karena *manusia itu bersifat kafir(Engkar) kepada Tuhannya*, *berkeluh kesah*, *suka menantang*, apabila dia menderita, dia berputus asa, apabila kaya, dia kikir.
Itulah sifat manusia.
Sifat mukmin:
Siddiq
artinya:
benar, bila mulut mengatakan tidak ada, tapi mukmin yang dalam hati itu, mengatakan ada. Itu menandakan adanya KEBENARAN DI DALAM DADA TIAP-TIAP DADA MANUSIA. Nyatalah dia selalu benar, TIDAK DAPAT DIDUSTAKAN.
Tabliq:
menyampaikan. Kalau tidak "dia/mukmin/ruh" yang menyampaikan; tidak diterima oleh Allah.
Bermula niat dengan tiada huruf tiada suara. Kemudian mukmin itulah yang menyampaikan, barulah tubuh kita bergerak.
*La taharakul jasadu illa bi idznirruh, tiada gerak jasad itu, tanpa izin Ruh*, *Ruh izin Tuhannya*!
Amanah.
Artinya:
kepercayaan Allah. Yang bersifat siddiq amanah tabligh fathonah itulah kepercayaan Allah, bernama mukmin, ada di dalam dada setiap manusia di manapun ada berada.
BILA KITA TIDAK PERCAYA KEPADA MUKMIN, TIADA ADA GUNANYA KITA PERCAYA KEPADA ALLAH DAN RASULNYA.
*Dengan adanya kepercayaan Allah itulah, maka dapatlah kita percaya kepada Allah dan RasulNya*.
Oleh karena itu tidak bisa hanya dengan percaya begitu saja kepada Allah dan RasulNya sebelum kita percaya kepada kepercayaan Allah tersebut, itulah Amanah.
Fathonah, cerdik dan bijaksana.
DENGAN ADANYA KITA MENGETAHUI SIFAT SIDDIQ DI DALAM DIRI KITA, DAPATLAH KITA MENGETAHUI ADANYA YANG ENGKAR (YANG KAFIR) DALAM DIRI KITA SENDIRI (SETIAP MANUSIA).
II.
Latar Belakang
Hadits Rasulullah yang dirawikan oleh Bukhari 3120, Muslim 4881, Abu Dawud 3395,3399,3400, Ibnu Majah 3516: "A'udzu bi kalimatillah at-tammah min Syarri ma khalaq."
artinya :
BERLINDUNG AKU DALAM KALIMAT ALLAH YANG SEMPURNA DARI KEJAHATAN MAKHLUK YANG TELAH DIJADIKAN SEJAHAT DIA."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: (sewaktu pulang dari perang Tabuk(,
"Roja'naa minal jihaadil ashghori ilaal jihaadil akbari. Qaaluu wamaal jihaadul akbaru, qaala jihadul qalbi."
Artinya: "KITA TELAH KEMBALI DARI JIHAD KECIL, MENUJU JIHAD YANG LEBIH BESAR.” Mereka berkata, “APAKAH JIHAD YANG LEBIH BESAR ITU?”
Beliau menjawab,
“JIHAD HATI.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Az-Zuhd (384) dan Al-Khathib Al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad (Bab Al-Wawi/Dzikr Al-Asma` Al-Mufradah) dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'Anhuma. Al-Mizzi dalam Tahdzib Al-Kamal (biografi Ibrahim bin Abi Ablah Al-Adawi/210) dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq (biografi Ibrahim bin Abi Ablah); dari Ibrahim bin Abi Ablah.
Imam As-Suyuthi mengatakan, “Diriwayatkan Ad-Dailami, Al-Baihaqi dalam Az-Zuhd, dan Al-Khathib.”
[Jami’ Al-Ahadits (15164)].
Dalam riwayat Al-Khathib disebutkan, bahwa ketika Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabat baru saja dari suatu peperangan, BELIAU BERSABDA,:
"Qadimtum khaira maqdam minal jihaadil ashgari ilaal jihaadil akbari. Qaaluu wa mal jihaadul akbaru, qaala: Mujaahadatul 'abdi hawaahu."
Artinya:
"Kalian TELAH KEMBALI KE TEMPAT KEDATANGAN TERBAIK, DARI JIHAD YANG LEBIH KECIL MENUJU JIHAD YANG LEBIH BESAR.”
Para sahabat berkata, “APAKAH JIHAD YANG LEBIH BESAR ITU YA RASULULLAH? Nabi bersabda, “JIHAD SEORANG HAMBA MELAWAN HAWA NAFSUNYA.”
Dari hadits dan firman di atas, ternyata Allah tertuju kepada maksud sebagai mana dalam
Firman Tuhan:
QS(17)85:
"yas'alunnaka anir ruh":
artinya: Ruh itu urusan Tuhan,
BUKAN URUSAN PEMIKIRAN, BUKAN URUSAN DARI GURU KE GURU DARI, SILSILAH KE SILSILAH.
Maksudnya adalah:
Agar Ruh itu TIDAK DIKUASAI OLEH HAWA NAFSU.
Kenapa demikian, sebab Ruh ini kita pakai setiap saat, setiap detik, setiap hari. Karena dengan Ruh-lah kita dapat berpikir, dengan Ruh-lah kita dapat mendengar, melihat, mencium, berkata dan merasa. Tanpa Ruh, jasmaniah kita ini tidak ada artinya. Karena itu Ruh wajib diurus oleh Tuhannya melalui sholat.
Sayang bila dibawa di dunia pendidikan, tentu melalui sistem belajar mengajar, dari guru ke guru, dari pendapat ke pendapat, akhirnya dari tafsir, menafsirkan. Maka terjadilah paradigma shift epistimologi yang berakibat perbantahan, pertikaian, yang tiada akhirnya dan tiada penyelesaiannya. Maka timbul-lah perpecahan umat Islam berfirqah-firqah, bermacam aliran. Benarlah Nabi mengatakan di akhir zaman, umatKu berpecah menjadi 73 firqah atau aliran. Semuanya masuk neraka jahanam, kecuali satu aliran yang sama denganKu dan para sahabat.
Padahal YANG MAU DISELESAIKAN adalah persoalan yang selalu MENDERA HATI SETIAP MANUSIA.
Seperti merasa GALAU, ANGAN-ANGAN sangat tinggi, penuh curiga, syakwa sangka dan ragu, dendam, marah yang tidak menentu, iri dengki, pembohong, penghasut, menfitnah.
Karena itu DITEGASKAN OLEH NABI:
"RAJABU SYAHRULLAH, WA SYA'BAN SYAHRI, WA RAMADHAN SYAHRU UMMATI",
ARTINYA:
RAJAB ITU HULAN ALLAH, SYA'BAN ITU BULANKU KATA MUHAMMAD, RAMADHAN ITU BULAN UMATKU.
Ternyata Ramadhan itu bulan umatnya Muhammad.
Jadi BUKAN BULANNYA YANG SUCI, BUKAN BULANNYA BULAN PENGAMPUNAN, BUKAN BULANNYA BULAN PEMBAKARAN, BUKAN BULANNYA BULAN MULIA, BULAN KETINGGIAN, BULAN KEAMANAN, BULAN KEMENANGAN.
SEBAB KALAU BULAN TIDAK BERUBAH, hari ini bulannya itu juga, besok bulannya itu juga, besoknya lagi dan seterusnya, bulannya itu juga.
Ternyata yang suci itu: adalah bagi ORANG-ORANG YANG BERPUASA DI BULAN RAMADHAN YANG MENGIKUTI SYARIAT NABI MUHAMMAD, ITULAH ORANG-ORANG YANG DIBAKAR HAWA NAFSUNYA, DIAMPUNI DOSANYA, TENTU DISUCIKAN OLEH ALLAH HATINYA, ITULAH YANG DIMULIAKAN, YANG DITINGGIKAN, SERTA MENDAPAT KEMENANGAN, KETENTRAMAN, KEAMANAN, DAN KEDAMAIAN DALAM HIDUPNYA.
Hadits Rasulullah yang di rawikan Abu Hurairah:
"Idzaa jaa-a romadhaanu futtihat abwaabul jannatu wa ghulliqot abwaabunnaari wa shufidat asysyayaathiinu."
Artinya:
"Apabila DATANG BULAN RAMADHAN, TERBUKA SEMUA PINTU SURGA, TERKUNCI PINTU JAHANNAM, DAN DIBELENGGU SYETAN."
Artinya kita belum menjumpai bulan Ramadhan, tapi baru mengidam-idamkan menyambut bulan Ramadhan, dimana di dalam 10 hari menjelang tiba nya bulan Ramadhan, di waktu itulah SUDAH DIBUKA PINTU SURGA SEMUANYA, TENTU BAGI ORANG YANG BERIMAN DAN BERTAQWA KEPADA ALLAH₩ DAN RASULNYA.
Dengan perkataan lain,
"Al Imanu, aqdun bil qalbi, Wa iqrarun bil lisani, wa amalun bil arkani".
Artinya:
iman itu (kepercayaan Allah) termaktub atau TERSIMPAN DALAM HATI, DIIKRAR ATAU DIKATA DENGAN LIDAH, DIAMAL DENGAN ANGGOTA.
Apa yang menyebabkan terjadinya pertentangan niat yang di dalam hati dengan yang diikrarkan dengan lidah dan yang diamal dengan anggota?
Berkata Rasulullah SAW: dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,
"Idza dakhola syahru romadhona futihat abwabu assamaai wa ghulliqot abwabul jahannamu wa sulsilat asy-syayatin."
Artinya:
"Apabila TIBA BULAN RAMADHAN, ARTINYA SUDAH MASUK BULAN RAMADHAN (kita mulai berpuasa) dibuka pintu langit, di kunci pintu neraka, DAN DIBELENGGU SYETAN."
Jadi ternyata bila SYETAN ITU TIDAK TERBELENGGU, TENTU TIDAK TERBUKA PINTU LANGIT DAN TIDAK TERKUNCI PINTU NERAKA.
Bagaimana bentuknya, seperti apa SYETAN YANG DIBELENGGU ITU?
Kita kembali kepada keterangan di dalam Kitab Qur'an:
Bahwa bisikan syetan itu YANG MERAGU-RAGU SEBANGSA JIN DAN MANUSIA, ada di dalam diri kita masing-masing, BUKAN DI TEMPAT LAIN.
Maka nyatalah tujuan puasa itu tidak lain bagaimana kita berupaya MEMBELENGGU SYETAN YANG ADA DALAM TUBUH KITA.
III.
Bagaimana sifat syetan itu? Turun kepada orang yang PEMBOHONG, PENDUSTA, SUKA MENGHASUT, SUKA MENFITNAH, IRI DENGKI KEPADA ORANG LAIN TANPA SEBAB. Sifat tersebutlah YANG WAJIB DIBELENGGU dan itu dilatih selama satu bulan untuk dipakai satu tahun, agar tiap-tiap kita berucap atau berkata berbuat, TERBIT DARI HATI YANG TAQWA tadi.
Bila hal tersebut di atas belum diketahui atau tidak diketahui, maka maksud puasa tidak tercapai, hanya sebatas meninggalkan makan minum.
Firman tuhan QS(64)2, DIA YANG MENJADIKAN KAMU, DI ANTARAMU ADA YANG KAFIR DAN ADA YANG MUKMIN, yang mukmin itu, abdi fil qalbil mu'miniin, hambaKu dalam hati mereka namanya mukmin, yang kafir atau yang engkar itu adalah manusia. ALLAH DAN RASUL BUKAN MENGURUS ORANG KAFIR, TETAPI MENGURUS ORANG MUKMIN.
Dengan demikian YANG DIPUASAKAN BUKAN MUKMIN, AKAN TETAPI MUKMIN ITU WAJIB MEMPUASAKAN HAWA NAFSUNYA selama satu bulan; UNTUK DIPAKAI SATU TAHUN.
Kalau kita tidak dapat mempuasakan hawa nafsu (yang kafir) dalam bulan Ramadhan, maka mereka keluar dari bulan Ramadhan. Sehingga TIADALAH BERGUNA BAGI MEREKA ITU MENAHAN MAKAN MINUM.
Firman Tuhan:
QS(2)257:
"Allaahu waliyyul ladziina aamanuu yukhrijuhum minazh zhulumaati ilan nuuri wal ladziina kafaruu auliyaa-uhu-muth thaaghuutu yukhrijuunahum minan nuuri ilazh zhulumaati ulaa-ika ashhaabun naari hum fiihaa khaaliduun."
Artinya:
"ALLAH ADALAH PELINDUNG ORANG-ORANG BERIMAN; Dia MENGELUARKAN MEREKA DARI KEGELAPAN KEPADA YANG TERANG BENDERANG, Dan orang-orang KAFIR ITU THAGHUT MEMIMPINNYA, MENGELUARKAN MEREKA DARI TERANG BENDERANG KEPADA GELAP GULITA. Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."
Maka itulah wajib diketahui pada diri kita masing-masing ADA YANG KAFIR dan ADA YANG MUKMIN.
Barulah tercapai tujuan puasa. Maka nyatalah YANG PUASA ITU BUKAN MUKMIN. Akan tetapi MUKMIN WAJIB MEMPUASAKAN HAWA NAFSU DUNIA SYETANNYA DI DALAM BULAN RAMADHAN. Kalau tidak dapat mempuasakannya maka mereka itu KELUAR DARI BULAN RAMADHAN. Sehingga TIDAK ADA KEGUNAAN menahan makan minum.
Firman Tuhan:
QS(17)81-82:
"Wa qul jaa-al haqqu wa zahaqal baathilu innal baathila kaana zahuuqaa. Wa nunazzilu minal qur-aani maa huwa syifaa-uw wa rahmatul lil mu'miniina wa laa yaziiduzh zhaalimiina illa khasaaraa."
Artinya:
"Katalakanlah TELAH DATANG KEBENARAN DARI TUHAN (MUKMIN), TELAH LENYAP YANG BATHIL (YANG KAFIR atau YANG ENGKAR), SESUNGGUHNYA YANG BATHIL ITU PASTI LENYAP.
Kami turunkan QUR'AN SEBAGAI OBAT PENYAKIT HATI, ATAU NAFSU YANG MENGGODA DI DALAM HATINYA, DAN RAHMAT BAGI ORANG-ORANG YANG BERIMAN. TAPI BAGI ORANG-ORANG YANG ZALIM ATAU ANIAYA MAKIN BERTAMBAH KERUGIANNYA."
Firman Tuhan:
QS(2)185:
"Syahru ramadhaanal ladzii unzila fiihil qur-aanu hudal lin naasi wa bayyinaatim minal hudaa wal furqaani fa man syahida minkumusy syahra fal yashumhu wa man kaana mariidhan au 'alaa safarin fa 'iddatum min ayyaamin ukhara yuriidullaahu bikumul yusra wa laa yuriidu bikumul 'usra wa li tuk milul 'iddata wa li tukabbirullaaha 'alaa maa hadaakum wa la 'allakum tasykuruun."
Artinya:
"Dalam bulan Ramadhan itu TURUN QUR'AN sebagai PETUNJUK untuk manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta PEMBEDA. Barangsiapa yang menyaksikan di antara kamu bulan Ramadhan hendaklah di mempuasakannya, dan barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan maka (puasakanlah) bilangan (yang tidak dipuasakan itu) pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan Dia tidak menghendaki kesulitan bagi kamu; dan HENDAKLAH KAMU MENCUKUPKAN BILANGAN HARINYA DAN HENDAKLAH KAMU MENGAGUNGKAN ALLAH atas petunjuk-Nya yang telah diberikan kepadamu dan supaya kamu bersyukur."
Zakat Fitrah:
Artinya ZAKAT BAGI JIWA, karena diri kita dijadikan dari 4 ANASIR, HAWA-NAFSU-DUNIA-SYETAN.
Syarat Wajib Fitrah 5 perkara:
1. Mendapat akhir Ramadhan;
2. Islam;
3. Merdeka;
4. Kaya. Makna kaya, LEBIH NAFKAHNYA SEHARI SEMALAM; Barangsiapa TIDAK CUKUP NAFKAHNYA SEHARI SEMALAM dinamakan MISKIN;
5. Lebih hartanya membayar hutang, maka TIADA WAJIB FITRAH ATAS ORANG YANG BERHUTANG.
Barang siapa kaya, WAJIB FITRAH DIRINYA dan SEKALIAN AHLINYA.
Dan TIADA WAJIB SUAMI MEMFITRAHKAN ISTRINYA YANG DURHAKA.
Banyaknya fitrah sebanyak SATU GANTANG BAGHDAD, terbagi 3 pembagian, tiap bagian terbagi atas 4 cupak, lagi suci dari sekam dan atahnya.
Diberikan kepada AHLI-nya, BILA BUKAN KEPADA AHLINYA, TIDAK SAH FITRAHNYA. Dengan manis muka, suka hati, supaya dapat pahala besar.
Adapun hukum fitrah lima perkara:
1. HARUS, yaitu bila MASUK BULAN RAMADHAN haruslah berfitrah; jika awal bulan sekalipun,
2. WAJIB, MALAM hari raya,
3. SUNNAT, yaitu PAGI-PAGI hari raya,
4. MAKRUH, tapi tunai jua fitrahnya daripada sembahyang hari raya itu,
5. HARAM, bila DITAKHIRKAN daripada hari raya itu.
Mereka yang MEMBAYAR ZAKAT FITRAH dengan keimanan, kesadaran, kesucian, dan keluruhan hatinya, DIAMPUNI ALLAH DOSANYA yang TELAH LALU.
APABILA zakatnya TELAH DIBAYAR, maka fitrah itu, satu gantang baghdad, terbagi 3 pembagian, tiap bagian terbagi atas 4 cupak:
I. Sepertiga atas, MENGAMPUNI DOSA 4 ANASIR (angin, air, tanah, api). 1 cupak mengampuni dosa 1 anasir, 4 cupak mengampuni dosa 4 anasir.
II. Sepertiga berikutnya, mendapat PAHALA DARI ALLAH.
Satu cupak dipanjangkan Allah umurnya,
Satu cupak dimudahkan Allah rezekinya,
Satu cupak ditetapkan Allah imannya,
Satu cupak dijauhkan Allah dari segala bala'.
III. Sepertiga bawah, mendapat BALASAN DARI ALLAH.
Satu cupak untuk mahligai di surga,
Saru cupak untuk pakaian,
Satu cupak untuk makanan,
Satu cupak untuk minuman.
Hadits Rasulullah:
“Man shoma romadhana imanan wahtisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzanbihi“
Artinya:
"BARANGSIAPA YANG BERPUASA DI BULAN RAMADHAN, DIAMPUNI DOSANYA SELAMA SATU TAHUN."
"Man qama ramadhana imanan wahtisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzanbihi.”
Artinya:
"BARANGSIAPA YANG MENGERJAKAN SHOLAT MALAM DI BULAN RAMADHAN, DIAMPUNI DOSANYA YANG TELAH LALU."
Hadits Rasulullah:
"Man faththara shaa-iman kaani lahu mitslu ajrihi ghair annahu la yanqudu min ajrishshaa-imi syaiaa."
Artinya:
“Barangsiapa memberi makan untuk berbuka BAGI ORANG YANG BERPUASA, maka ia mendapat GANJARAN SEBANYAK GANJARAN ORANG YANG BERPUASA ITU."
Hadits Rasulullah:
" 'An Abii Ayyubal anshaariyya radhiyallaahu 'anhu anna rasulullahi shallallaahu 'alaihi wasallama qaala man shaama ramadhaana tsumm atba'ahu sittaan min syawwalin kaana kashiyaamiddahri."
Dari Abu Ayyub al Anshari Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan, LALU DIIRINGI DENGAN PUASA ENAM HARI PADA BULAN SYAWAL, MAKA DIA SEPERTI PUASA SEPANJANG TAHUN."
[Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, at Tirmidzi, an Nasaa-i dan Ibnu Majah].
IV.
KENAPA ADA HALAL BI HALAL ATAU MAAF MEMAAFKAN? PADAHAL BEGITU BANYAK AMALAN YANG DILAKUKAN DI BULAN RAMADHAN, YANG TELAH DAPAT MENSUCIKAN HATI.
DOSA MANA LAGI YANG MENGGUGURKAN KESUCIAN ITU?
Dari riwayat Bukhari, hadist no. 1309, Muslim hadist no. 14 dan 16; Rasulullah SAW bersabda:
'An Ayyub radillahu anhu anna rajulan qala linnabiy saw:
"Akhbirniy biamalin yudhinil jannah qaala maalahu; waqalan Nabiyyu saw, arabun maalahu ta'budullaha wala tusyrik bihi syaian wa tuqiimas shaalata wa tuaddiyaz zakaata wa tashilur rahima.’
Artinya:
"Dari Ayyub ra:
Sesungguhnya kami mendengar seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW:
"APA AMAL KAMI YANG DAPAT MEMASUKKAN KAMI KE DALAM SURGA YA RASULULLAH ?”
Nabi bersabda:
1. Sembah olehmu akan Tuhan;
2. Jgn engkau sekutukan dengan yang lain-lain;
3. Dirikan sholat, Keluarkan zakat;
4. Hubungkan kasih sayang antara kamu sesama kamu.
YANG BIASA MENGGUGURKAN ITU ADALAH TIDAK DIPELIHARANYA HUBUNGAN KASIH SAYANG ANTARA SATU SAMA LAIN.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Lan yuzhiba illal jannah, ulaa-ika alladziina itsaarat al fitnah."
Artinya:
"TIDAK AKAN MASUK SURGA orang yang MEMPROVOKASIKAN FITNAH."
SEKALIPUN MEREKA SEMBAHYANG, PUASA, ZAKAT, HAJI. NAMUN MEREKA TIDAK MASUK SURGA.
" (HR Bukhari dan Muslim).
KENAPA DEMIKIAN?
Firman Tuhan:
QS(2)10:
"Fii quluubihim maradhun fazaada humullaahu maradhaw wa lahum 'adzaabun aliimum bi maa kaanuu yakdzibuun."
Artinya:
"Dalam hati mereka itu ADA PENYAKIT, PENYAKIT SYAKWA SANGKA, IRI HATI, TAKABUR, SOMBONG, PENDUSTA, PEMBOHONG, MENGHASUT, MEMFITNAH, maka Allah MENAMBAH PENYAKIT BAGI MEREKA ITU DENGAN AZAB atau SIKSA YANG PEDIH, karena mereka itu PENDUSTA."
PENDUSTA KEPADA ORANG LAIN MUDAH DIELAKKAN. TAPI MENDUSTAKAN DIRI SENDIRI TIDAK AKAN DAPAT.
Apalagi disisi Allah dan RasulNya TIDAK DAPAT DIELAKKAN, sebab ALLAH TIDAK MELIHAT RUPAMU DAN AMALMU, HANYA ALLAH MELIHAT PADA HATIMU DAN NIAT KAMU.
Hadits Riwayat Muslim: “Innallaha la yanzuru ila suarikum wa amwalukum, wa lakin yanzuru ila qulubikum wa a’malikum."
Dari situlah munculnya dosa, BILA KITA TIDAK MENGERTI TUJUAN BERPUASA bulan Ramadhan.
Maka dengan Halal Bi Halal, artinya MEMAAFKAN KESALAHAN TEMAN, KAWAN, HANDAI TAULAN ATAU SAUDARA KITA YANG LAIN, SUPAYA MENDAPAT HIKMAH DAN FAEDAH dari ibadah puasa yang telah kita amalkan selama bulan Ramadhan. Sehingga segala amalan yang kita perbuat, DITERIMA OLEH ALLAH.
Kesimpulan:
1. Hikmah (manfaat) bagi orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan perlu dipelihara dengan:
Ketaqwaan dan keimanan serta ikrar dan amal kepada Allah dan RasulNya guna memperoleh ridha-Nya Allah SWT.
2. Orang-orang yang berpuasa mengikuti syariat Nabi Muhammad SAW DIMULIAKAN Allah, DIBAKAR HAWA NAFSUNYA, DIAMPUNI DOSANYA YANG TELAH LALU, maka SUCI-LAH HATINYA.
3. Karena itu KEMBALILAH KEPADA SIFAT SIDDIQ AMANAH TABLIGH FATHONAH.
Dengan cara HINDARILAH ATAU JAUHILAH sifat-sifat Hawa Nafsu, seperti HASUT FITNAH, TAMAK, LOBA, SOMBONG, PEMBOHONG, dan PENDUSTA. Karena TIDAK AKAN MASUK SURGA ORANG YANG MEMPROVOKASIKAN FITNAH.
SUNGGUHPUN DIA TELAH SEMBAHYANG, PUASA, ZAKAT, HAJI SEKALIPUN.
4. Peringatan Tuhan:,
QS(2)208:
"Yaa ayyuhal ladziina amaanud khuluu fissilmi kaaffataw wa laa tattabi'u khuthuwatisy syaithaani innahu lakim 'aduwwum mubiin."
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, MASUKLAH KAMU SELURUHNYA KE DALAM PERDAMAIAN, DAN JANGAN KAMU IKUTI LANGKAH-LANGKAH SYETAN ITU, sesungguhnya SYETAN ITU MUSUHMU YANG NYATA."
5. Beruntunglah orang-orang yang mensucikan dirinya dengan:
INGAT DAN SHOLAT, SERTA IKUT RASUL, HAKEKATNYA DI BAITULLAH.
Firman Tuhan:
QS(87)14-15:
"Qad aflaha man tazakka. Wa dzakarasma rabbihii fa shallaa".
Artinya:
"BERUNTUNGLAH ORANG YANG MENSUCIKAN DIRInya yaitu DENGAN MENGINGAT DAN SHOLAT."
Firman Tuhan:
QS(24)56:
"Wa aqiimush shalaata wa aatuz zakaata wa athii'ur rasuula la'allakum turhamuun."
Artinya:
"dan DIRIKANLAH SHOLAT, KELUARKAN ZAKAT, IKUT RASUL, supaya kamu mendapat rahmat."
Firman Tuhan:
QS(2)125:
"Wa idz ja'alnal baita matsaabatal linnaasi wa amnaw wat takhidzuu mim maqaami Ibrahiima mushallaw wa' ahidnaa ilaa ibraahiima wa ismaa 'illa an thahiraa baitiya lith thaa-ifiina wal 'aakifiina warrukka'is sujuud."
Artinya:
"Dan INGATLAH KETIKA KAMI MENJADIKAN RUMAH ITU BAITULLAH (BUKAN KA'BAH), UNTUK PULANG PERGI MANUSIA, DAN TEMPAT YANG AMAN. Dan AMBIL-LAH BAITULLAH ITU TEMPAT SHOLAT. Bersihkan-lah rumahKu untuk orang yang TAWAF, I'TIKAF, RUKUK DAN SUJUD."
Demikian disampaikan sebagai bahan pertimbangan, guna memperoleh makna yang sebenarnya. Wass. Wr wb.
Sumber:
P/embina JmI
AR Yusuf
2 Comments
ReplyAn Indian Restaurant & Takeaway in Croydon.
We serve a wide range of delicious Asian & Indian food. We offer online ordering and table booking.For reservation call 02036678566
adeenaskitchen.co.uk/
What is the wisdom behind fasting in Ramadan?
ReplyWhat are 3 benefits of fasting in Ramadan?
What are the spiritual benefits of fasting?
What is the spiritual benefits of Ramadan?
Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak