Belajar Tidak Sekadar Berhayal

Permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini adalah pendidikan yang berorientasi pada konsep dimana teori-teori yang diajarkan kepada siswa diseolah hanyalah sekadar pengetahuan yang semu tanpa adanya konsep pengajaran dalam bentuk yang sesungguhnya yaitu dimana peserta didik ikut langsung menerapkan apa yang ia pelajari (Applicatif Learing).

Applicatif Learning merupakan proses pembelajaran dimana Peserta didik atau siswa yang mengikuti satu mata pelajaran disamping ia mempelajari teori, secara langsung ia juga menggeluti teori tersebut secara nyata dalam hal ini bukan pembelajaran yang saya sebut Belajar Bukan Sekadar Berhayal.


Istilah Belajar Bukan Sekadar Berhayal merupakan suatu konsep pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada khayalan yang semu dimana peserta didik diberikan stimulus untuk memikirkan suatu teori tanpa menunjukkan hal nyata didalam penyampaian teori tersebut namun secara tidak langsung siswa diberikan gambaran terntang teori tersebut terlebih lagi siswa bisa menerapkan teori yang dipelajari tersebut baik selama proses pembelajaran atau dilain waktu.

Pendidikan yang hanya berorientasi pada khayalan tentunya memiliki segudang kelemahan, diantaranya siswa tidak mengetahui seperti apa bentuk nyata dari teori yang ia pelajari serta kurangnya pengetahuan tentang tata cara menerapkan teori yang telah dipelajari tersebut. Disamping itu, pendidikan yang berorientasi pada Khayalan juga akan memupuk peserta didik hanya bisa berhayal tentang segala sesuatu tanpa memiliki kemampuan untuk menerapkannya.

Belajar menerapkan Applicatif Learning, saya tertarik mengajak anda mempelajari Sistem Pendidikan di Israel. Dari beberapa sumber yang saya baca mengenai Proses Pendidikan di negeri Yahudi tersebut, sekolah tidak akan meluluskan siswanya sebelum siswa yang bersangkutan sukses mencapai target yang ditentukan oleh sekolah dalam hal mempraktekkan teori yang dipelajari.


Sebagai contoh, didalam pendidikan Ekonomi mereka menerapkan pendidikan mereka secara nyata dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk merancang suatu tindakan nyata tentang yang mereka pelajari.


Misalnya selama satu semester mereka mempelajari teori tentang Penjualan, maka siswa yang mengikuti mata pelajaran tersebut akan dilatih bagaimana meningkatkan penjualan yang baik, dan siswanya tidak akan dinyatakan lulus jika didalam mempraktekkan ilmunya tidak sesuai target. Misalnya, sekolah menargetkan penjualan dari suatu usaha yang dibuat adalah sebesar $10.000, maka sebelum siswanya mampu meningkatkan penjualannya hingga mencapai $10.000, maka ia tidak akan dinyatakan lulus dari mata pelajaran tersebut.

Hal ini sangat kontras dengan pendidikan di Indonesia, juka proses pendidikan yang dilakukan dan pada akhir semester jika siswa mampu menjawab soal-soal yang diberikan maka ia dinyatakan lulus, tentu saja hal ini tidak ada yang saya beri istilah Applicatif Learning.

Menurut saya, Pengujian keberhasilan belajar dengan memberikan soal-soal bukanlah suatu bentuk nyata keseriusan dalam keinginan untuk mencapai pendidikan yang sesungguhnya. Kita kembali merujuk pada hakikat dan tujuan dari Pendidikan di Indonesia didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwasannya Tujuan Pendidikan adalah untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, cerdas yang saya terjemahkan disini bukanlah kemampuan menjawab soal-soal didalam Ujian, tapi Cerdas yang sesungguhnya adalah siswa mampu memposisikan dirinya disetiap kondisi serta mengaplikasian ilmu yang telah dipelajari dan dimiliki.


Pengujian dengan memberikan soal-soal menurut saya tidak ada proses pendidikan didalamnya justru sebaliknya menumbuhkan kecurangan dan tindak buruk lainnya. Bisa saja dan bukan rahasia lagi bahwasannya Budaya Mencontek merupakan suatu kebiasaan yang mengakar dinegeri ini. Itulah sebabnya pendidikan kita saat ini tidak memberikan dampak yang signifikan bagi siswa didalam mengaplikasikan apa yang telah ia pelajari.

Didalam tulisan ini saya tidak mengatakan pendidikan kita salah, hanya saja perlu diperbaiki terutama aspek belajar hendaklah mengarah pada pembelajaran yang Aplikatif dan tidak sekadar teori belaka.


Dalam Applicatif Learning, tidak lagi ada istilah Ujian Akhir Nasional dengan Soal-Soal yang saat ini menelan bayak anggaran untuk mencetak Soal serta upaya menjaga kerahasiaan Soal Tersebut dan buktinya dilapangan tetap saja banyak terjadi Kebocoran Soal. Bukankah telah banyak masyarakat kita yang menyuarakan bahwasannya mereka minta dihapuskan Sistem Pendidikan dengan Ujian Nasional, secara Teritorial Sistem Ujian Nasiolan ini tentu tidak adil.


Kita tentunya tidak bisa menyamakan antara Sekolah-Sekolah yang ada di Perkotaan dengan Fasilitas dan Media yang lengkap, akses informasi yang luas serta berbagai kemudahan yang mendukung proses belajar untuk disetarakan dengan sekolah-sekolah yang ada di pelosok yang jauh dari Teknologi Informasi, bahkan Buku untuk belajar pun terkadang dalam kondisi yang minim. Tentunya hal ini tidak adil jika pada ujian Akhir Nasional mereka diberikan Soal yang sama untuk bisa lulus.

Memang bukan perkara Mudah untuk bisa merubah Sistem Pendidikan yang telah kita geluti saat ini, namun semua itu bisa teratasi jika kita memiliki tekad untuk berubah. Saya tertarik dengan Pendidikan di SMK, disamping mereka mendapatkan teori, mereka juga diberikan pengetahuan bagaimana mempraktekkan pengetahuannya dan buktinya di Solo sudah tercipta yang namanya Mobil Esemka. Itu adalah bukti nyata jika kita puya komitmen untuk menerapkan Applicatif Learning, atau siswa langsung mengaplikasikan yang ia pelajari.

Solusi yang Ditawarkan

  1. Ayo sama-sama kita menciptakan Pendidikan yang berbasis Applicatif Learning dengan sedikit demi sedikit memberikan fasilitas dan pengarahan kepada peserta Didik untuk bisa mengaplikasikan atau menerapkan teori yang dipelajari agar proses pembelajaran yang dilakukan tidak sekadar sebagai sebuah Khayalan.
  2. Mengajak pemerintah khususnya Kemendiknas mulai sedikit demi sedikit menerapkan sistem pendidikan yang menguji kelulusan siswanya tidak sekadar ujian dengan Soal-Soal sebab kita ketahui bahwasannya sangat tidak efektif kita memberikan ujian tentang keberhasilan Pendidikan berdasarkan Soal, kecuali jika kita sanggup mengawasi pendidikan tersebut secara ketat.
  3. Mengajak Pemerintah untuk bisa menciptakan Sebuah Badan Usaha yang dikhususkan untuk Dinas Pendidikan guna mengeksplorasi kemampuan siswanya. Misalnya untuk Mata Pelajaran Ekonomi disiapkan sebuah Badan Usaha yang mengajarkan siswanya tentang bagaimana mengembangkan suatu Usaha, Pharmasi Centre untuk menguji kemampuan Siswa IPA, atau sebuah Areal Perkebunan yang dikhususkan untuk Eksperimen Siswa yang cinta Biologi.