Bid’ah – Bid’ah di Bulan Muharram
Sumber ;muslimah.or.id
Penulis: Ustadz Ammi Nur Baits
Ada banyak bid’ah yang dilakukan kaum muslimin terkait bulan
Muharram. Baik dalam masalah aqidah dan keyakinan maupun amal harian.
Berikut beberapa amal bid’ah di sekitar kita, terkait bulan Muharram:
Pertama,
Keyakinan bulan Muharram adalah bulan sial
Dalam bahasa jawa, bulan Muharram sering disebut dengan bulan Syura.
Sebagian masyarakat jawa berkeyakinan bahwa bulan syura adalah bulan
sial. Mereka dihimbau untuk tidak mengadakan kegiatan apapun ketika
bulan syura. Siapa yang berani mengadakan kegiatan di bulan syura,
awas, itu alamat ciloko.
Pada hakekatnya keyakinan ini adalah keyakinan syirik. Karena
berkeyakinan sial terhadap sesuatu tanpa dalil termasuk thiyarah. Dan
thiyarah adalah perbuatan kesyirikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الطيرة شرك الطيرة شرك
“Thiyaroh itu syirik, Thiyaroh itu syirik…” (HR. Abu Daud, At Turmudzi, dan dishaihkan Al Albani).
Kita tidak membahas lebih detail masalah ini, mengingat sudah sangat banyak tulisan yang mengupas masalah thiyaroh.
Kedua,
Menampakkan kesedihan mendalam di bulan Muharram
Namun perlu diketahui, ada musibah yang jauh lebih besar dari itu,
munculnya sikap ekstrim sebagian kaum muslimin karena motivasi
mengkultuskan Husain. Mereka menjadikan hari itu sebagai hari
berkabung, hari belasungkawa besar-besaran.
Pada sepuluh hari pertama bulan Muharram, di sebagian negara, semua
cahaya dimatikan, manusia pada keluar, anak-anak memenuhi jalan, mereka
meneriakkan: wahai Husain,.wahai Husain…bunyi gendang terdengar di
mana-mana. Ada juga yang menusuk dan menyayat tubuhnya dengan pedang.
Sebagai bentuk bela sungkawa yang mendalam atas kematian Husain. Pada
saat yang sama, tokoh mereka berkhutbah menyampaikan kebaikan-kebaikan
Husain dan mencela para sahabat lainnya. Mereka mencela Abu Bakr As
Shiddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan.
Merekalah gerombolan syi’ah Rafidhah, sekelompok manusia yang
membangun agama dan keyakinannya berdasarkan kedustaan tokoh dan pemuka
syi’ah. Manusia yang beraqidah sesat. Semoga Allah menjauhkan kita
dari kejelekan mereka.
Ketiga,
Bergembira di hari Asyura’
Kebalikan dengan kelompok sebelumnya. Kelompok ini menjadikan hari
Asyura’ sebagai hari raya dan kegembiraan. Merekalah sekelompok orang
yang memproklamirkan menjadi musuh syiah rafidhah. Mereka adalah
kelompok khawarij dan kelompok menyimpang dari bani umayah. Mereka
memiliki prinsip mengambil sikap yang bertolak belakang dengan syi’ah.
Di indonesia, keyakinan semacam ini sempat tersebar. Sebagian
kalangan menganjurkan agar kaum muslimin banyak menyantuni anak yatim
ketika hari Asyura. Dalam rangka menyenangkan anak-anak, sebagaimana
ketika hari raya. Bisa jadi, anggapan ini merupakan cipratan dari
prinsip khawarij dan bani umayah di atas.
Dan demikianlah kebiasaan ahli bid’ah. Mereka memiliki prinsip
ekstrim kanan atau ekstrim kiri. Orang syi’ah menjadikan hari Asyura
sebagai hari berkabung sedunia. Meratapi kematian Husain, menurut
anggapan mereka. Di sisi yang berlawanan, orang khawarij dan kelompok
menyimpang di kalangan bani Umayah justru menjadikan hari tersebut
sebagai hari kebahagiaan, sebagaimana layaknya hari raya. Karena mereka
berprinsip untuk tampil ‘beda’ dengan rivalnya (syiah).
Sementara sikap ahlus sunnah adalah pertengahan, sebagaimana sifat umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang Allah puji dalam firman-Nya:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Demikianlah kami jadikan kalian umat pilihan pertengahan agar
kalian menjadi saksi untuk seluruh umat manusia (pada hari kiamat), dan
Rasulullah akan menjadi saksi bagi kalian (bahwa dia telah
menyampaikan risalah kepada kalian). (QS. Al-Baqarah: 143)
WAllahu a’lam
Sumber ;muslimah.or.id
Penulis: Ustadz Ammi Nur Baits
Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak