Sejarah Hari Perempuan Sedunia

Sejarah Hari Perempuan Sedunia. Sejarah Hari Perempuan Internasional cukup berliku, karena berat dan panjangnya perjuangan kaum  perempuan meraih persamaan dalam segala bidang dengan kaum laki-laki. Sampai kini peran perempuan masih dipandang sebelah mata. Padahal, jika dikaji lebih jauh, banyak peristiwa penting berawal dari gerakan perempuan yang membawa perubahan dunia.
Perkembangan gerakan perempuan yang menjadi awal peringatan Hari Perempuan. Sejarah perjuangan perempuan meraih persamaan dan kebebasan dimulai sejak Yunani Kuno. Lysistrata menggalang gerakan perempuan mogok berhubungan seksual dengan pasangan mereka untuk menuntut dihentikannya peperangan. Dalam Revolusi Prancis, kaum perempuan juga mengambil peran penting. Perempuan Paris berunjuk rasa menuju Versailles sambil menyerukan "Kemerdekaan, Kesetaraan dan Kebersamaan" menuntut hak perempuan ikut dalam pemilu.

Beberapa peristiwa penting menandai Hari Perempuan Sedunia

1909Pendirian Partai Sosialis Amerika, Hari Perempuan Nasional pertama kali diperingati pada 28 Februari di Amerika Serikat.

1910Pertemuan kelompok sosialis internasional di Kopenhagen, Denmark, memutuskan memiliki Hari Perempuan Internasional sebagai penghormatan atas hak-hak asasi perempuan dan mendorong diperolehnya hak suara bagi semua perempuan di dunia.

1911Hari Perempuan Sedunia untuk pertamakali diperingati (pada 19 Maret) di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss. Lebih dari sejuta perempuan dan laki-laki turun ke jalan. Mereka menuntut hak ikut serta dalam pemilu dan posisi di pemerintahan, hak bekerja, kesempatan memperoleh pelatihan, dan penghapusan diskriminasi dalam pekerjaan.

Pada tahun ini, tepatnya 25 Maret terjadi insiden tragis di New York yang menewaskan lebih dari 140 buruh perempuan yang kebanyakan imigran asal Italia dan Yahudi.

1913-1914Perempuan Rusia memperingati Hari Perempuan Internasional untuk pertama kali dengan berunjuk rasa memprotes Perang Dunia I. Peringatan ini juga sebagai ungkapan solidaritas kepada semua perempuan di seluruh dunia.

1917Dua juta tentara Rusia terbunuh dalam perang. Perempuan Rusia turun ke jalan menyerukan "Roti dan Perdamaian". Sejarah mencatat, empat hari kemudian, Tsar (raja) turun tahta.Pemerintahan sementara mengakui hak perempuan untuk ikut serta dalam pemilu. Hari bersejarah itu 8 Maret. Sejak saat itu Hari Perempuan Sedunia diperingati pada hari yang sama oleh perempuan di seluruh dunia.

Awalnya Hari Perempuan Internasional diperingati pada tahun 1910 – 1920 dan sempat terhenti. Perayaan Hari Perempuan kembali dilakukan seiring bangkitnya paham feminisme di tahun 1960. Tahun 1975, PBB melalui resolusinya kemudian mensponsori Hari Perempuan Sedunia yang ditetapkan 8 Maret.
Melihat kondisi perempuan saat ini, perayaan Hari Perempuan masih perlu dilakukan sebagai peringatan bagi perempuan -- juga laki-laki -- bahwa gerakan perempuan ikut membawa perubahan zaman.

Di Indonesia, perayaan Hari Perempuan dilakukan dengan berbagai cara seperti seminar, talkshow, atau demonstrasi  agar negara memperhatikan hak-hak perempuan. Keberhasilan perjuangan perempuan dapat dilihat juga pada UU Nomor 23 tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga (KDRT) tahun 2004,UU Nomor 21 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO), dan UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang  Kesehatan.  Saat ini sedang dibahas RUU Pekerja Rumah Tangga, karena hampir seluruh pekerja rumah tangga adalah perempuan. Dan isu pekerja rumah tangga menjadi isu terbesar di Indonesia.

Kesenjangan Hak
Data-data masih menunjukkan kesenjangan partisipasi perempuan di berbagai bidang. Di bidang politik, misalnya, partisipasi perempuan masih rendah. Perempuan yang menjadi anggota dewan legislatif periode 2009 - 2014 hanya 17,6 persen, meningkat sedikit dari periode sebelumnya, yakni 11 persen.
Selama ini partisipasi  perempuan dalam politik  hanya digunakan saat pemilu.
Diskriminasi masih terasa di bidang ekonomi, manakala perempuan yang ingin mendapatkan kredit usaha kecil dari bank harus mendapat persetujuan dari suami sebagai kepala keluarga.

Di beberapa perusahaan, walaupun menunjukkan kenaikan jumlah perempuan yang menjadi pemimpin, peran perempuan selalu dibandingkan dengan rekan kerjanya, yaitu laki-laki.

Di bidang pendidikan, Education Watch mencatat anak perempuan yang tidak melanjutkan pendidikan dari tingkat SD ke SMP dan dari SMP ke SMA mencapai 72,3 persen. Kendala ekonomi masih menjadi penyebab utama, selain budaya patriarki yang mengutamakan anak laki-laki untuk mendapatkan pendidikan.
Sedikit perbaikan pada hak perempuan dilakukan pemerintah saat mengganti UU Nomor 23 Tahun 1992 dengan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-undang baru ini memudahkan perempuan mengakses informasi tentang fasilitas kesehatan. Diharapkan, angka kematian ibu yang tercatat masih tinggi, yakni 390 per 100.000 kelahiran pada tahun 2007, turun hingga 228 per 100.000 kelahiran.

Fakta-fakta tersebut memperkuat makna peringatan Hari Perempuan Internasional yang menjadi pemicu gerakan partisipasi dan suara perempuan. Diharapkan perayaan ini bukan semata bersifat seremonial yang dilakukan LSM dan pemerintah, melainkan lebih pada semangat untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup perempuan. (E3)
Sumber Sejarah Hari Perempuan Sedunia. Sejarah Hari Perempuan Internasional : VHRmedia/ Endang Setiawati

Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak