Bayi berkepala dua ini lahir di Anajas, Brazil Utara (21/12). REUTERS/JR Avelar/Handout |
Heboh Bayi Berkepala Dua di Majenang, Cilacap | Masyarakat Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dihebohkan dengan kelahiran bayi berkepala dua. Bayi ini lahir di Rumah Sakit Bersalin Duta Mulya, Majenang, Kabupaten Cilacap, Rabu malam, 26 Juni 2013, dalam kondisi sehat.
Direktur RSB Duta Mulya Majenang, Tatang Mulyana, mengatakan, bayi yang belum diberi nama itu berjenis kelamin laki-laki. Orang tuanya bernama Usman, 36 tahun, dan Munjiah, 27 tahun. "Bayi ini merupakan anak bungsu dari dua bersaudara," katanya, Kamis, 27 Juni 2013. Usman sendiri merupakan warga Desa Purwosari RT 01 RW 03, Kecamatan Wanareja, Cilacap.
Tatang mengatakan, bayi tersebut lahir melalui proses operasi caesar. Bayi itu memiliki panjang tubuh 46 sentimeter dengan berat badan 4,2 kilogram. Ia menyebutkan, bayi ini mempunyai kelainan yang dalam istilah medis disebut dicephalus parapagus on joined twins, yakni kembar mulai dari kepala sampai leher. Menurut dia, kelainan ini berbeda dengan kembar siam karena hanya memiliki satu organ dalam. Kepala bercabang mulai dari leher. Selain itu, tangan dan kaki lengkap sepasang.
Masih menurut Tatang, kelainan tersebut diduga akibat faktor mutasi genetik. Pada saat bayi dalam kandungan dan berusia dua minggu, janin mengalami pembelahan. "Saat proses pembelahan itu berlangsung, ada faktor eksternal karena mungkin si ibu mengkonsumsi obat sehingga proses tersebut terhenti dan akhirnya membelah di kepala," dia menjelaskan.
Menurut dia, kejadian ini sangat langka dengan perbandingan satu per 200 ribu kelahiran. Berdasarkan data, kata dia, kelahiran bayi berkepala dua ini merupakan yang ketiga kali di Indonesia. Sebelumnya, peristiwa serupa terjadi pada tahun 2009 dan 2012.
Tatang menyebutkan, bayi tersebut akan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Sardjito Yogyakarta untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. "Kami upayakan agar pasien bisa menggunakan pelayanan Jampersal karena mereka berasal dari keluarga miskin," katanya.
Usman, ayah bayi, mengatakan, ia tak mempunyai uang jika anaknya harus dirujuk ke Yogyakarta. "Saya tak punya uang," katanya. Sehari-hari ia hanya bekerja sebagai tukang kayu.
tempo.co - ARIS ANDRIANTO
Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak