Mengenal Ban Vulkanisir, Pilih Yang Panas Atau Dingin?
Ban vulkanisir menjadi pilihan utama para operator armada kendaraan niaga karena mampu memperpanjang usia pakai ban asli dengan biaya yang lebih ekonomis.
Pada dasarnya, ban vulkanisir layak dianalogikan dengan ungkapan “benci tapi butuh”. Ada yang benci karena terkait aspek keselamatan. Namun ada yang butuh karena faktor harga yang relatif terjangkau. Kondisi itu bisa dimaklumi, terlebih bagi operator armada kendaraan niaga yang sangat bergantung pada ban. Nah, daripada berdebat soal “benci tapi butuh”, lebih baik kita bahas saja hal lain seputar komponen tersebut.
Secara garis besar, ada 2 macam ban vulkanisir sesuai dengan metode pembuatannya “Itu yang biasa disebut sebagai vulkanisir dingin dan vulkanisir panas," perbedaan mendasar antara pembuatan kedua metode vulkanisir tersebut.
Vulkanisir Dingin
Pada metode vulkanisir dingin, telapak pelapis ban sudah siap pakai karena sudah dibentuk di luar jadi tinggal dipasangkan kepada ban aslinya. Untuk ban asli yang sudah habis pakai atau sudah botak akan diratakan kembali, yang penting kondisi keausannya tidak mencapai lapisan ply atau lapisan breaker.
Metode vulkanisir dingin, tinggal memasang telapak pelapis yang sudah disiapkan
Setelah itu ban asli dilapisi lem sejenis semen, lalu telapak pelapis ban ditempelkan dan kemudian “dimasak” dengan suhu sekitar 115o Celcius. Karena suhu tersebut terhitung relatif rendah, jadinya disebut metode vulkanisir dingin.
Vulkanisir Panas
Sedangkan untuk metode vulkanisir panas, prosesnya sama seperti membuat ban baru. Jadi ban bekas pakai yang sudah dinyatakan siap direkondisi akan diberi lem ,lalu ditempelkan karet kompon baru yang polos (karet setengah jadi dan belum ada pola telapak) dan kemudian “dimasak” dengan mesin cetakan pada suhu yang lebih tinggi, di atas 115o Celcius dalam waktu tertentu.
Proses pemasakan dengan suhu tinggi disertai proses pencetakan membuat karet kompon tersebut menjadi matang dan mengeras lalu membentuk pola sesuai pola pada cetakan.
Usia Pakai
Pada umumnya, usia pakai ban vulkanisir dapat mencapai 80% dari ban baru. Sebagai contoh, ban baru mampu mencapai usia pakai 80.000 km, maka ban lapis ulang bisa digunakan hingga 80% x 80.000 km = 64.000 km.
Mampu mencapai usia pakai hingga 80% ban baru
Sementara dari sisi konsumen tersedia pilihan membeli ban lapis ulang baru dengan harga berkisar 50% dari harga ban baru atau membayar biaya jasa vulkanisir sekitar 25% dari harga ban baru. Agar hasilnya optimal, pilihlah merek vulkanisir yang terpercaya kualitasnya.
Berapa Kali Vulkanisir?
Garis besarnya, “perjalanan hidup” ban vulkanisir memiliki urutan sebagai berikut; Ban Baru—Vulkanisir Dingin—Vulkanisir Dingin—Vulkanisir Panas—Apkir.
Jadi secara teori, sebuah ban mampu divulkanisir hingga 3 kali dengan urutan di atas (dingin-dingin-panas) dan dapat mencapai usia pakai tambahan hingga 192.000 km (3 kali vulkanisir @ 64.000 km).
Setelah vulkanisir panas, ban harus dipensiunkan karena kekuatan strukturalnya sudah melemah
Mengapa diapkir setelah vulkanisir panas? “Ban asli sudah mengalami kelelahan (fatigue) karena setelah vulkanisir panas maka kekuatan carcass telah menurun dan kering.
Admin tidak bertanggung jawab atas semua isi komentar ,Mohon dipahami semua isi komentar dengan bijak